Menbud Fadli Zon dalam kunjungannya ke perpustakaan Universitas Leiden (Dok. Kemenbud)LEIDEN — Menteri Kebudayaan Fadli Zon meminta Perpustakaan Universitas Leiden membagikan salinan digital koleksi penting tentang Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa. Berkunjung langsung ke lokasi, salinan itu rencananya akan ditampilkan di Pameran Nasional 200 Tahun Perang Diponegoro yang digelar Juli 2025 di Indonesia.Fadli Zon juga meninjau koleksi warisan dokumenter Indonesia yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Sabtu, 14 Juni. Dalam kunjungan itu, ia juga berdiskusi dengan Direktur Perpustakaan Kurt De Belder dan Direktur KITLV Prof. Dr. Wim van den Doel.“Leiden adalah pusat pengetahuan dunia tentang Asia Tenggara. Kita perlu menjembatani koleksi ini dengan generasi muda Indonesia melalui digitalisasi dan keterbukaan akses,” kata Menbud Fadli Zon dalam siaran resmi yang diterima VOI, 14 Juni.Perpustakaan Leiden memiliki lebih dari separuh koleksi digital mereka yang berkaitan dengan Indonesia, mulai dari surat kabar, majalah, naskah kuno, hingga arsip penting sejarah nasional. Koleksi ini banyak digunakan oleh akademisi, mahasiswa, seniman, hingga masyarakat umum dari Indonesia.Beberapa koleksi langka dari Indonesia bahkan telah diakui UNESCO melalui program Memory of the World, seperti Hikayat Aceh, Panji Manuskrip, Babad Diponegoro, La Galigo, dan surat-surat Kartini. Seluruh proses ini melibatkan kolaborasi aktif dengan Perpustakaan Nasional RI (PNRI) dan Arsip Nasional RI (ANRI).Teknologi modern seperti IIIF (International Image Interoperability Framework) dan kecerdasan buatan (AI) juga telah digunakan untuk membuka akses lebih luas, termasuk dalam pembacaan naskah lontar. Perpustakaan Leiden juga membuka program fellowship tahunan bagi peneliti Indonesia, meski partisipasi dari Indonesia masih minim.Fadli menilai, saatnya Indonesia lebih aktif mengambil peran. Ia mendorong pembangunan Indonesian Global Digital Library sebagai pusat akses satu pintu koleksi digital Indonesia yang tersebar di berbagai negara. Ia juga menekankan pentingnya penerjemahan metadata koleksi ke dalam Bahasa Indonesia agar dapat diakses lebih luas oleh publik dalam negeri.“Kami ingin kerja sama ini diperluas, termasuk dalam pertukaran keahlian, pengembangan riset, dan pelatihan sumber daya manusia,” ujar Fadli.Dalam kunjungannya, Fadli juga melihat pameran mini koleksi dokumenter Indonesia di Leiden. Koleksi tersebut mencakup Babad Diponegoro, lukisan awal Pangeran Diponegoro, laporan penangkapannya oleh Jenderal De Kock (1830), serta surat-surat Melayu untuk Sultan Sumenep.Menbud secara khusus meminta agar salinan digital koleksi ini segera dikirim ke Indonesia. Ia menegaskan bahwa kerja sama semacam ini penting bukan hanya untuk diplomasi arsip, tapi juga untuk mengembalikan warisan pengetahuan bangsa kepada rakyatnya.Kunjungan ini menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat kerja sama internasional, mendorong digitalisasi manuskrip, dan membuka kembali akses warisan dokumenter Indonesia yang selama ini terpisah dari ruang publik nasional.