Presiden Amerika Serikat Donald Trump (@whitehouse)JAKARTA — Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia, kali ini terkait kebijakan imigrasi selama gelaran Piala Dunia Antarklub 2025. Turnamen bergengsi tersebut resmi dimulai pada Minggu, 15 Juni 2025, dengan Amerika Serikat sebagai tuan rumah.Sebanyak 32 klub elite dari berbagai benua, termasuk Manchester City, Inter Miami, Paris Saint-Germain, dan Al Ahly dari Mesir, berlaga di stadion-stadion ternama seperti Hard Rock Stadium di Miami dan MetLife Stadium di New Jersey. Laga pembuka mempertemukan Al Ahly dan Inter Miami yang diperkuat Lionel Messi.Namun, kemeriahan turnamen dibayangi kontroversi kebijakan imigrasi dari pemerintahan Trump. Wakil Presiden AS, JD Vance, menegaskan bahwa semua penonton asing wajib membawa dokumen imigrasi resmi saat berada di stadion. Pelanggaran dapat berujung pada deportasi.“Silakan datang dan bersorak, tapi setelah turnamen selesai, mereka harus pulang ke negara masing-masing,” ujar JD Vance seperti dikutip dari Unilad.Aparat federal seperti ICE (Immigration and Customs Enforcement) dan CBP (Customs and Border Protection) dikerahkan ke lokasi pertandingan. Kebijakan ini memicu gelombang protes, termasuk demonstrasi di beberapa kota seperti Los Angeles, yang menolak razia dan ancaman deportasi selama turnamen berlangsung.Wali Kota Miami-Dade, Daniella Levine Cava, mencoba meredakan keresahan publik. Ia menyatakan bahwa kehadiran aparat ditujukan demi keamanan, bukan untuk menakut-nakuti.Presiden FIFA Gianni Infantino juga menanggapi secara diplomatis, menegaskan bahwa keselamatan dan kenyamanan penonton menjadi prioritas utama FIFA.Turnamen ini dijadwalkan berlangsung hingga 13 Juli 2025, dengan partai final digelar di MetLife Stadium, New Jersey. Gubernur New Jersey telah mengundang Presiden Trump untuk hadir di final, namun belum ada konfirmasi dari Gedung Putih.Piala Dunia Antarklub 2025 tak hanya menyajikan aksi lapangan hijau dari klub-klub terbaik dunia, tetapi juga memperlihatkan bagaimana kebijakan politik domestik AS dapat memengaruhi atmosfer sebuah ajang olahraga internasional.