Tragedi Mandala Airlines PK-RIM: Jatuh di Medan dan Tewaskan Gubernur Sumut

Wait 5 sec.

Pesawat Mandala Airlines jatuh ke pemukiman penduduk di Medan. (Wikimedia Commons)JAKARTA - Kecelakaan pesawat terbang kerap mewarnai sejarah kedirgantaraan Indonesia. Beritanya akan heboh di mana-mana. Ambil contoh tragedi jatuhnya pesawat Mandala Airlines PK-RIM dengan nomor penerbangan RI-091. Pesawat dengan rute Medan-Jakarta itu tak kuat terbang dan jatuh di atas pemukiman penduduk.Padahal, pesawat baru lepas landas dari Bandara Polonia. Korbannya bejibun – termasuk Gubernur Sumatra Utara, Tengku Rizal Nurdin. Warga Medan heboh. Mereka trauma bukan main.Pembangunan bandara jauh dari pemukiman penduduk bukan hal baru. Penjajah Belanda pernah melakukannya. Narasi itu hadir di Bandara Polonia, Medan. Salah satu tujuannya supaya mencegah daya rusak kala pesawat terbang rendah. Alias tak membahayakan warga sekitar.Belakangan pembangunan mulai menggeliat di berbagai wilayah saat Indonesia merdeka. Medan pun begitu. Kawasan lingkar bandara yang mulanya sepi mulai ramai. Pemukiman penduduk pun bertumbuh. pemerintah Orde Baru bahkan sempat meramal bahwa pertumbuhan itu bakal membawa masalah besar.Opsi pemindahan bandara sempat digaungkan. Namun, keinginan itu terganjal dengan krisis ekonomi hingga Orde Baru runtuh. Pemerintah selanjutnya tak memiliki fokus memindahkan bandara. Alhasil, tragedi yang ditakutkan terjadi.Pesawat Mandala Airlines PK-RIM kala mendarat di Jakarta pada 2004. (Wikimedia Commons)Pesawat Mandala Airlines RI-091 tujuan Medan-Jakarta yang mengangkut 117 orang (112 penumpang dan 5 awak) jadi contohnya. Pesawat Boeing 737-200 itu bersiap lepas landas pada pukul 09.40 pada 5 September 2005. Pesawat lepas landas dengan kecepatan minimum terbang 125 knot.Masalah muncul. Pesawat tak kuat terbang. Kondisi itu diperlihatkan dengan pesawat yang menabrak rambu batas landasan pacu. Tabrakan itu membuat tangki di sayap rusak dan avtur bocor. Pilot Askar Timur mencoba untuk menangani situasi.Ia berusaha memutar balik arah pesawat kembali ke bandara. Nahas keinginan itu tak pernah tercapai. Mesin pesawat yang rusak membuat pesawat jatuh menabrak permukiman. Korban dari penumpang mencapai 101 orang – Gubernur Sumatra Utara, Tungku Rizal Nurdin termasuk salah satunya. Warga sekitar yang jadi korban mencapai 47 orang. “Menurut kesaksian banyak pihak, pesawat Boeing 737-200 dengan nomor penerbangan RI-091 milik itu awalnya seperti normal. Pesawat sudah memasuki kecepatan 125 knot atau di penerbangan dikenal sebagai V2-kecepatan tatkala roda pesawat sudah lepas dari landasan dan kemudian membubung ke udara. Dalam kecepatan antara V1 dan V2, jika ditemukan kerusakan, pilot masih bisa melakukan pembatalan terbang.”“Paling-paling, konsekuensinya pesawat akan jatuh terperosok di ujung landasan. Anehnya, saat itu pilot Askar Timur dan kopilot Daufir Effendi memilih menekan gas dan meneruskan tahap V2, dan pesawat terangkat sampai 10 meter. Mungkin, mereka saat itu melihat tak ada masalah. Malang. Pesawat tak bisa naik dan mencapai tahap Vcl, yaitu kecepatan mengudara sampai ketinggian minimal 500 kaki,” ungkap Untung WIdyanto dan kawan-kawan dalam laporannya di majalah Tempo berjudul Seribu Tanya di Polonia (2005).Spekulasi Pesawat JatuhKecelakaan pesawat Mandala mendominasi media massa. Kesedihan keluarga korban tak tertahankan. Begitu pula kesedihan warga Medan. Warga yang menyaksikan pesawat jatuh jadi trauma tiap ada pesawat yang mengudara dari Bandara Polonia. Pemerintah pun menganggap peristiwa itu sebagai fase kelam dalam dunia penerbangan nasional.Namun, bukan berarti penyebab dari kecelakaan tak dibahas. Diskusi mengenai penyebab pesawat jatuh muncul di mana-mana. Ahli-ahli dalam dunia kedirgantaraan bermunculan. Pandangan yang dihadirkan beragam.Ada yang menganggap pesawat Mandala kelebihan muatan. Alias pesawat itu mengangkut muatan melebihi batas maksimum yaitu 52 ton. Narasi itu terbantahkan. Kondisi itu karena manifes penerbangan menyebutkan beban muatan berada diangka 51,96 ton.Ada pula spekulasi yang menyebut bahwa pesawat Mandala menggunakan avtur oplosan. Avtur itu dianggap dapat merusak mesin. Alhasil, pesawat tak bisa melesat dengan kecepatan maksimal sehingga terjadinya kecelakaan.Belakangan ragam spekulasi itu mereda seiring data dari kotak hitam pesawat diteliti. Analisis kotak hitam menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan adalah tidak berfungsinya alat bantu gaya angkat pesawat. Artinya, kecelakaan tiada hubungannya dengan kelebihan muatan atau avtur oplosan.“Dalam kasus kecelakaan pesawat Mandala Air yang gagal lepas landas dari Bandara Polonia Medan, September 2005, analisis kotak hitam memakan waktu lebih panjang. Baru pada Oktober setahun berikutnya, KNKT mengumumkan penyebab tragedi yang menewaskan 101 penumpang dan 47 warga itu. Padahal, penyebabnya tunggal.”“Hasil analisis kotak hitan ketika itu menyimpulkan, kecelakaan Boeing 737-200 ini disebabkan tidak berfungsinya alat bantu gaya angkat pesawat (flap dan slat). Akibatnya, pesawat nahas itu tidak dapat mengudara dan menabrak bangunan serta kendaraan di Jalan Ginting, Medan,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Menguak Kelam dari Kotak Hitam (2007).