Ini Alasan Warga Sulut Mau Kerja Jadi Scammer dan Admin Judol di Luar Negeri

Wait 5 sec.

Empat orang pekerja migran ilegal dengan tujuan bekerja di Thailand berhasil diamankan polisi di pintu keberangkatan Bandara Sam Ratulangi Manado. (foto: istimewa)MANADO - Meskipun kasus penyiksaan hingga menyebabkan kematian para warga asal Sulawesi Utara (Sulut) yang bekerja sebagai scammer di perusahaan online scamming maupun admin judi online (judol) sudah sering viral, namun keinginan untuk ke luar negeri tepatnya ke Kamboja dan Thailand masih tetap tinggi.Buktinya, baru-baru ini, pihak kepolisian kembali menggagalkan keberangkatan empat orang asal Kabupaten Minahasa dan Kota Bitung ke Thailand secara ilegal. Mereka rencananya akan ke Thailand.Kapolsek Kawasan Bandara, Ipda Masry, mengatakan jika pada interogasi awal mengungkap bahwa mereka dijanjikan pekerjaan di Thailand dengan gaji sebesar 800 US Dolar per bulan oleh seseorang berinisial L yang saat ini sudah berada di Thailand.Namun demikian menurutnya, setelah ditelusuri, ternyata tidak ada kejelasan mengenai identitas dan legalitas perusahaan yang akan mempekerjakan mereka, walaupun seluruh biaya keberangkatan dijanjikan akan ditanggung oleh pihak perekrut, walaupun tanpa dilengkapi dokumen resmi."Ini merupakan modus yang kerap digunakan oleh sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)," ujar Ipda Masry.Lalu apa alasan warga Sulut masih mau kerja di luar negeri walaupun banyak kasus penyiksaan hingga meninggal? Alasan ekonomi menjadi yang utama. Mereka mengaku jika rela bekerja di luar negeri untuk memperbaiki perekonomian keluarga mereka.Hal ini terungkap dari pernyataan empat orang yang diamankan di Bandara Sam Ratulangi Manado tersebut. Keempat orang berinisial RP (22), AG (28), FP (20) dan SFTD (25), menyebutkan jika alasan utama mereka bekerja di Thailand agar kehidupan mereka menjadi lebih baik.Diakui jika tawaran gaji yang tinggi membuat keputusan mereka menjadi bulat untuk pergi ke luar negeri, walaupun itu harus ditempuh dengan cara ilegal. Apalagi, seluruh ongkos perjalanan akan ditanggung oleh perusahaan yang merekrut mereka."Karena masalah ekonomi, kami terpaksa ingin ke luar negeri untuk mengubah nasib kami. Apalagi biaya perjalanan ke sana itu pihak perusahaan yang tanggung. Kami tinggal berangkat," ujar AG, salah satu warga yang dicegat ke Thailand.Sementara itu, alasan kedua adalah minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Sulawesi Utara. RP, satu-satunya perempuan di rombongan empat orang itu, menyebutkan jika selama ini dia bersama suaminya kesulitan mencari pekerjaan, padahal mereka telah memiliki anak untuk diongkos.Hal inilah yang kemudian membuat mereka menerima tawaran ketika diajak ke Thailand untuk bekerja, meskipun diakuinya ada bayang-bayang ketakutan karena banyak peristiwa viral tentang penyiksaan."Terus terang cari kerja sangat sulit di sini. Makanya kami akhirnya rela untuk ke luar negeri, apalagi semua biaya keberangkatan kami ditanggung," ujarnya lagi.Sementara itu, Ipda Masry, mengatakan jika pihaknya terus melakukan koordinasi dengan BP3MI terkait dengan modus-modus perekrutan orang untuk ke luar negeri. Dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah tergiur dengan tawaran gaji tinggi di luar negeri, apalagi jika itu ilegal."Kami kembali ingatkan agar masyarakat lebih waspada lagi terhadap modus rekrutmen ilegal yang kian marak. Mereka melakukan perekrutan melalui grup-grup percakapan dengan sasaran warga berusia produktif antara 20 hingga 25 tahun. Jangan tergiur dengan gaji tinggi," ujarnya kembali.