Builder.ai Bangkrut: Bikin Apps Tanpa Coding, Ternyata Dibuat 700 Engineer India

Wait 5 sec.

Startup Builder.ai pamer layanan mereka di GITEX Global 2024. Foto: Dok. Builder.ai via InstagramPerusahaan Builder.ai, yang pernah menjadi startup unicorn dengan valuasi mencapai 1,5 miliar dolar AS, mengajukan kebangkrutan di tengah meluasnya tuduhan penipuan dan kesalahan pengembangan aplikasi dari para klien.Startup yang berbasis di London, Inggris, ini diluncurkan pada 2016 oleh Sachin Dev Duggal. Mereka memposisikan diri sebagai platform berbasis AI untuk mengembangkan aplikasi tanpa coding. Sejumlah investor besar telah mendukung mereka, termasuk Microsoft, DeepCore milik SoftBank, IFC, dan Qatar Investment Authority (QIA).Builder.ai mempromosikan asisten AI mereka, yang diberi nama Natasha, sebagai alat revolusioner untuk mengotomatiskan pengembangan perangkat lunak tanpa coding, dan dengan upaya manusia yang minimal.Namun, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg, citra perusahaan Builder.ai mulai runtuh ketika orang dalam dan sejumlah pelapor mengungkapkan bahwa fungsi berbasis AI pada Builder.ai sebagian besar tidak ada.Di balik layar Builder.ai: 700 engineer India, bukan AIAlih-alih AI, Builder.ai mengandalkan tenaga kerja manusia sekitar 700 software engineer asal India. Para engineer ini menulis kode secara manual untuk proyek klien, di tengah klaim promosi Builder.ai memiliki mesin AI untuk melakukan otomatisasi pengembangan aplikasi.Ilustrasi logo Builder.ai. Foto: Taidgh Barron/ZUMA via REUTERSKedok itu mulai terbongkar setelah pengamat dan orang dalam industri, termasuk Linas Beliūnas dari Zero Hash, secara terbuka menuduh Builder.ai melakukan penipuan. Dalam sebuah posting LinkedIn, Beliūnas menulis: "Ternyata perusahaan itu tidak memiliki AI dan sebaliknya hanyalah sekelompok pengembang India yang berpura-pura menulis kode sebagai AI."Mantan karyawan Builder.ai, Robert Holdheim, menggugat perusahaan tersebut sebesar 5 juta dolar AS, dengan klaim bahwa ia dipecat setelah melaporkan kekhawatiran atas praktik penipuan. Pengajuan hukum mengungkapkan bahwa Builder.ai telah menyesatkan investor dengan mengeklaim bahwa aplikasi "80% dibuat oleh AI", meskipun teknologi pendukungnya hampir tidak berfungsi.Mantan karyawan lainnya kemudian mengonfirmasi bahwa perusahaan tersebut “hanya terdiri dari engineer, tidak ada AI”.Kekhawatiran atas klaim Builder.ai telah beredar selama bertahun-tahun. Pada awal tahun 2019, The Wall Street Journal melaporkan bahwa fungsionalitas AI perusahaan tersebut tampak telah dilebih-lebihkan.Keraguan ini muncul kembali dengan kuat pada tahun 2024, karena audit internal dan laporan whistleblower mengungkapkan nilai pendapatan yang meningkat tidak wajar dan pelanggaran keuangan.Rekayasa laporan keuanganPendiri sekaligus CEO Builder.ai, Sachin Dev Duggal, kemudian mengundurkan diri dan kini tengah diselidiki di India atas dugaan pencucian uang.Mantan CEO Builder.ai, Sachin Dev Duggal. Foto: Manaure Quintero / AFPPada awal tahun 2025, terjadi perombakan kepemimpinan. Manpreet Ratia menjabat sebagai CEO Builder.ai dalam upaya memulihkan kepercayaan investor. Namun, Ratia menemukan bahwa perusahaan telah membesar-besarkan pendapatan tahun 2024 secara besar-besaran —mengeklaim 220 juta dolar AS, padahal pendapatan sebenarnya sekitar 50 juta dolar AS.Audit independen turut mengungkap rekayasa keuangan di Builder.ai. Kehancuran perusahaan semakin parah ketika Viola Credit, yang telah memberikan pinjaman sebesar 50 juta dollar AS pada tahun 2023, menyita 37 juta dolar AS dari rekening Builder.ai awal tahun ini, sehingga hanya menyisakan 5 juta dolar AS dana terbatas. Hal ini melumpuhkan kemampuannya untuk beroperasi di berbagai pasar utama termasuk Inggris, AS, Uni Emirat Arab, Singapura, dan India.Segudang masalah tersebut membuat investor dan pemberi kredit membekukan modal ke Builder.ai. Perusahaan gagal membayar staf, yang menyebabkan hampir 1.000 PHK.Builder.ai juga dilaporkan berutang 85 juta dolar AS kepada Amazon dan 30 juta dolar AS kepada Microsoft dalam bentuk layanan cloud yang belum dibayar. Penyelidikan federal AS sedang berlangsung, dengan para penyelidik berupaya mengakses data keuangan dan kliennya.Pengakuan Builder.ai dan pengajuan kebangkrutanPenyelidikan lebih lanjut menunjukkan Builder.ai mungkin telah terlibat dalam “konspirasi jahat” dengan perusahaan media sosial VerSe asal India, untuk menggelembungkan angka penjualan. Ini jadi sebuah taktik yang membantu menarik investasi.CEO Builder.ai, Manpreet Ratia, mengonfirmasi kepada Bloomberg bahwa perusahaan telah memberhentikan seluruh karyawannya dan kini tengah menjalani proses kebangkrutan formal di tempat mereka beroperasi, termasuk di India, Inggris, dan AS.Dalam pernyataan di LinkedIn, Builder.ai mengakui kekalahannya: "Meskipun tim kami saat ini telah berupaya keras dan menjajaki setiap opsi yang memungkinkan, bisnis ini belum mampu pulih dari tantangan historis dan keputusan masa lalu yang memberikan tekanan signifikan pada posisi keuangannya."Kejatuhan Builder.ai telah membuat uang milik Qatar Investment Authority menguap begitu saja.Peristiwa ini juga menyoroti gelembung valuasi startup yang membangun produk dan layanan AI. Pengamat teknologi global, Phil Brunkard dari Info-Tech Research Group, mengatakan kepada media Business Standard, bahwa banyak startup yang “berkembang pesat tanpa teknologi atau tata kelola yang kuat”, hanya memanfaatkan gelombang sensasi yang tak terkendali.Ini telah menunjukkan tren yang meresahkan dari valuasi yang menggelembung, kurangnya transparansi, dan kemampuan AI yang terlalu dibesar-besarkan.Apa yang terjadi pada Builder.ai adalah sebuah peringatan bagi siapa saja yang melakukan kebohongan layanan dan rekayasa keuangan. Apa yang dijual sebagai revolusi AI ternyata adalah perusahaan outsourcing software engineer yang disamarkan dengan gimmick AI.