Bank Dunia Ungkap Alasan Kenaikan Angka Tingkat Kemiskinan Indonesia

Wait 5 sec.

Ilustrasi keadaan ekonomi sulit (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/Spt)JAKARTA - Bank Dunia melaporkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia telah meningkat secara signifikan dimana tercatat naik dari 15,6 persen menjadi 19,9 persen pada garis negara berpendapatan menengah ke bawah (Lower-Middle-Income Class/LMIC) dan dari 60,3 persen menjadi 68,3 persen pada garis negara berpendapatan menengah ke atas (Upper-Middle-Income Class/UMIC).Bank Dunia menegaskan kenaikan tersebut jika diukur berdasarkan garis kemiskinan internasional dan bukan berarti kemiskinan di Indonesia benar-benar meningkat, namun karena ambang batas kemiskinan global yang dinaikkan."Kemiskinan di Indonesia tidak meningkat, angka kemiskinan yang dilaporkan di garis kemiskinan LMIC dan UMIC yang baru lebih tinggi karena ambang batas untuk dianggap tidak miskin telah meningkat di tingkat global," tulis Bank Dunia dalam laporan Updated Global Poverty Lines:Indonesia, dikutip Minggu, 15 Juni.Bank Dunia menjelaskan bahwa untuk negara-negara berpenghasilan rendah, perubahan hal ini terutama karena kualitas survei yang tersedia telah meningkat dan beberapa negara telah menyesuaikan garis kemiskinan mereka untuk memanfaatkan data yang lebih akurat.Sementara, di negara-negara berpendapatan menengah seperti Indonesia, peningkatan garis kemiskinan nasional menunjukkan banyak negara menjadi lebih ambisius dalam menentukan standar hidup minimum yang dapat diterima."Sebagai akibat dari ambang batas yang lebih tinggi, sebagian besar negara mengalami peningkatan dalam angka kemiskinan internasional mereka, seperti halnya Indonesia," jelasnya.Sebagai infomasi, Bank Dunia telah mengubah metode penghitungan garis kemiskinan dari standar purchasing power parity (PPP) 2017 ke PPP 2021 sehingga membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia melonjak signifikan.Selain itu, Bank Dunia menggunakan survei rumah tangga resmi dengan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) untuk mengukur kemiskinan pada garis kemiskinan internasional dan sumber yang sama yang digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk menghitung statistik kemiskinan nasional. Namun, kedua pihak menerapkan metode pengukuran yang berbeda.Dalam pendekatannya, Bank Dunia mengukur kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan internasional yang disesuaikan dengan tiga jenis perbedaan harga, yaitu perbedaan harga dari waktu ke waktu (menggunakan Indeks Harga Konsumen/CPI), perbedaan harga antar distrik (Kabupaten/Kota, menggunakan ukuran biaya hidup lokal), dan perbedaan harga antar negara (menggunakan penyesuaian terkait PPP).Sementara itu, Definisi kemiskinan nasional tidak menggunakan CPI untuk menyesuaikan perbedaan harga dari waktu ke waktu.Adapun, pendekatan untuk menghitung perbedaan spasial di Indonesia juga berbeda pendekatan resmi menghasilkan garis kemiskinan terpisah untuk setiap daerah pedesaan dan perkotaan di setiap provinsi sehingga akhirnya, karena garis kemiskinan resmi dimaksudkan untuk digunakan di Indonesia saja, maka tidak memerlukan penyesuaian terkait PPP.Pic : Warga mengumpulkan kardus bekas di kampung nelayan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (23/10/2024). Tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia merosot tajam dalam 10 tahun terakhir, dari sebelumnya di level 7,9% dari total penduduk pada 2014, kini tersisa 0,8% pada 2024.