Tim SAR gabungan melakukan operasi SAR terkait tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali, Gilimanuk, Jembrana, Bali, Jumat (4/7/2025). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTOKapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya rute Pelabuhan Ketapang-Pelabuhan Gilimanuk tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7) pukul 23.35 WIB atau Kamis (3/7) pukul 00.35 WITA. KM Tunu Pratama Jaya tenggelam diduga karena kebocoran mesin.Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan fakta baru di balik tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya.Ternyata kesiapan sekoci di Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya sangat terbatas. Setidaknya 6 orang tewas dan 30 hilang akibat karamnya kapal rute Ketapang-Gilimanuk milik PT Pasca Dana Sundari yang membawa 65 orang tersebut.Yang diketahui terkait sekoci sejauh ini adalah hanya 4 penumpang yang selamat karena menggunakan sekoci.Menurut Soerjanto, sekoci sangat membantu, dapat digunakan para penumpang sampai menunggu tim penyelamat datang."Kami juga akan melakukan evaluasi, karena pada waktu kecelakaan (KMP) Yunice atau Rafelia, itu juga mengalami hal yang sama bahwa life raft-nya tidak berkembang semuanya," kata Soerjanto.KNKT juga mengusut port clearance atau Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang dikeluarkan oleh Syahbandar Pelabuhan Ketapang—Kementerian Perhubungan."Investigasi ini dimulai dari saat kapal berangkat. Ketika kapal berangkat, dikeluarkan SPB. Bagaimana proses pengeluaran SPB? Apakah persyaratan-persyaratan yang diperlukan di SPB, seperti kelaikan kapal, dokumen, semua sesuai dengan peraturan? Kita akan mencari bukti-buktinya," ujar Soerjanto.Menurut Soerjanto, seharusnya di kapal ada alat yang memancarkan beacon (sinyal). "Ketika kapalnya tenggelam, itu harus otomatis memancar. Nah, kemarin saya tanya teman-teman Basarnas, 'Tidak ada beacon itu'," katanya.Soerjanto menyatakan akan mencatat kelemahan-kelemahan yang ditemukan ke dalam rekomendasi KNKT. "Agar kecelakaan dengan penyebab yang sama bisa kita hindarkan," ujarnya.Bagaimana Nasib 30 Penumpang KM Tunu Pratama yang Masih Belum Ditemukan?Tim SAR gabungan melakukan operasi SAR terkait tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali, Gilimanuk, Jembrana, Bali, Jumat (4/7/2025). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTOKapal milik PT Pasca Dana Sundari yang membawa 65 orang ini diduga tenggelam akibat kebocoran di ruang mesin, lalu berujung terbalik. 29 orang selamat, 6 orang tewas.Bagaimana nasib 30 orang yang belum ditemukan?General Manager PT ASDP (Persero) Indonesia Ferry Cabang Ketapang Banyuwangi, Yannes Kurniawan, mengatakan sejumlah pihak hingga kini masih melakukan proses pencarian terhadap korban yang belum ditemukan itu."Kami upayakan semua kalau bisa semua akan dicari teman-teman dari Basarnas gabungan. Kami akan upayakan semaksimal mungkin," kata Yannes di Banyuwangi, Jumat (4/7).Sementara itu, Deputi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno, menyampaikan operasi hari kedua pada Jumat (4/7) ini dibagi dalam tiga SRU, yakni SRU laut, darat dan udara."Kita akan gunakan kekuatan masyarakat nelayan dari Babin Kamtibmas, Babinpotmar, dan Babinsa," ujar Eko.WN Malaysia Jadi Korban KMP Tunu Pratama yang Hilang, Diungkapkan IstriYatini, istri dari Fauzi Bin Awam, salah satu korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali. Foto: Dok. IstimewaFauzi bin Awam menjadi salah satu korban yang hingga kini masih hilang akibat KM Tunu Pratama Jaya yang ditumpanginya tenggelam di Selat Bali pada Kamis (3/7) dini hari waktu setempat. Ternyata Fauzi merupakan WN Malaysia.Yatini yang merupakan warga Banyuwangi sekaligus istri Fauzi, bercerita suaminya hendak ke Malaysia dari Bandara Ngurah Rai Bali.Untuk menuju Ngurah Rai, suaminya itu berangkat naik travel dari Kecamatan Genteng, Banyuwangi, kemudian naik KMP Tunu Pratama Jaya menyeberangi Selat Bali."Suami saya sebagai penumpang travel, dari Genteng, Banyuwangi mau ke Bandara Ngurah Rai, Bali. Dia mau ke Malaysia, dia asli orang Malaysia," kata Yatini kepada wartawan, Jumat (4/7).Sejak ia mendapat kabar KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam, suaminya tidak masuk dalam 53 data manifes penumpang."Nama suami saya Fauzi Bin Awam. Dia tidak masuk dalam data manifes. Hanya sopirnya saja (yang terdata)," kata Yatini.Yatini kini masih menunggu di Pelabuhan Ketapang, menanti kabar akan suaminya dengan pasrah. Ia berdoa suaminya segera ditemukan.Selain Fauzi, 29 orang lainnnya masih hilang. Sementara 6 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 30 lainnya selamat.Komisi V Desak Kemenhub Audit SOP soal KMP Tunu Pratama Tenggelam: Ada KelalaianAnggota Komisi V DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri, menyoroti tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya rute Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Gilimanuk, Bali pada Rabu (2/7) pukul 22.56 WIB.Setidaknya 6 orang tewas dan 30 hilang akibat karamnya kapal rute Ketapang-Gilimanuk milik PT Pasca Dana Sundari yang membawa 65 orang tersebut.Irine mendesak dilakukan audit dan evaluasi menyeluruh terhadap pengawasan pelayaran dan keselamatan penumpang. Ia mengatakan, ini adalah insiden ketiga kapal tenggelam dalam kurun waktu kurang dari dua pekan.“Tentunya kami sangat berduka atas insiden kapal tenggelam ini, dan kami mengucapkan belasungkawa kepada para korban dan keluarganya,” kata Irine Yusiana Roba Putri kepada wartawan, Jumat (4/7).“Saya berharap evakuasi dapat dilakukan dengan optimal sehingga semua korban dapat segera ditemukan,” tambah dia.Saran Susi PudjiastutiMenteri Pertahanan Prabowo Subianto didampingi Ketua Umum Pandu Laut Nusantara atau mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti tiba di Bandara Susi Beach Strip, Pantai Barat, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Foto: Adeng Bustomi/Antara FotoEks Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti turut angkat bicara soal tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya rute Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.Susi memberi saran ke pemerintah agar menjaga jangan sampai ada kecelakaan moda transportasi khususnya laut."Dari Mei, Juni, Juli, Agustus, sebaiknya semua pulau Indonesia, pemerintah untuk menjaga jangan sampai ada kecelakaan. Ya meningkatkan transportasi udara. Dan itu tidak mahal," kata Susi ditemui usai penerbangan perdana Susi Air rute Yogyakarta-Karimunjawa di Bandara Adisutjipto, Kabupaten Sleman, Jumat (4/7).Dengan meningkatkan penerbangan jarak 1 jam dengan jadwal seminggu 3 kali, pemerintah tak harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 10-15 miliar."Untuk penerbangan seminggu 3 kali jarak 1 jam pemerintah tidak harus spend lebih dari 10-15 miliar. Jadi pada saat bulan-bulan itu ya membantu masyarakat," katanya.Di bulan-bulan seperti ini ombak laut terutama selat, pasti tinggi. Dengan transportasi udara maka masyarakat lebih aman."Kadang-kadang kan namanya ombak, ya saya sarankan pemerintah harus mengevaluasi transportasi pada saat-saat ombak besar," katanya.