Hindari Sanksi Tarif dari AS, Thailand Tawarkan Proposal Dagang Baru

Wait 5 sec.

Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira Negosiasi Tarif dengan Pejabat Perwakilan AS. Foto: x/@PichaiChunThailand untuk pertama kalinya menggelar pertemuan tingkat menteri dengan Amerika Serikat terkait tarif resiprokal, dan hasilnya dinilai positif oleh Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira. Ia menyatakan bahwa proposal yang lebih baik sedang disiapkan, seiring upaya Thailand mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu pekan depan.Dalam video yang diunggah di akun X resminya pada Jumat, saat dalam perjalanan kembali ke Bangkok dari AS, Pichai menyebutkan bahwa Negara Gajah Putih menerima banyak masukan berharga dari pejabat AS. Mengutip Bloomberg, pertemuan itu juga disebutnya meningkatkan kepercayaan Washington terhadap kemitraan ekonomi kedua negara.Setelah bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Wakil Menteri Keuangan Michael Faulkender pada Kamis, Pichai mengatakan bahwa pihaknya kini lebih memahami keinginan AS. Ia juga sempat berdiskusi dengan perusahaan-perusahaan AS yang telah lama berinvestasi di Thailand, serta pelaku sektor komoditas pertanian."Pembicaraan berjalan baik, dan AS berterima kasih atas antusiasme kami," kata Pichai dalam video tersebut. "Kami menyampaikan bahwa kami akan menggunakan masukan itu untuk menyusun ulang proposal yang saling menguntungkan," tambahnya.Meski belum mencapai kesepakatan final, Thailand berharap bisa merumuskan perjanjian yang dapat diimplementasikan, berkelanjutan, dan saling menguntungkan.Tarif Impor 36 PersenCakrawala kota digambarkan di tengah tingginya tingkat polusi udara di Bangkok, Thailand pada Rabu (18/ Foto: Alex Ogle/AFPThailand sebelumnya diancam akan dikenai tarif impor hingga 36 persen. Pemerintah telah mengajukan kerangka proposal ke pemerintahan Trump yang mencakup janji untuk menurunkan tarif terhadap barang-barang AS, menghapus hambatan non-tarif, memperketat aturan asal barang, serta meningkatkan impor produk pertanian dan gas alam cair (LNG) guna mengurangi defisit perdagangan.Negosiasi ini berlangsung hanya beberapa hari setelah Mahkamah Konstitusi Thailand menangguhkan sementara Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra karena dugaan pelanggaran etika terkait penanganan sengketa perbatasan dengan Kamboja, yang memicu krisis politik.Sebelum negosiasi, Pichai menegaskan bahwa Thailand berupaya mencapai kesepakatan dagang win-win dengan AS. Thailand juga berencana memangkas defisit perdagangan dengan AS hingga USD 15 miliar per tahun melalui pengawasan ketat aturan asal barang.AS merupakan pasar ekspor terbesar bagi Thailand tahun lalu, menyumbang sekitar 18 persen dari total pengiriman. Thailand mencatat surplus perdagangan hampir USD 46 miliar dengan AS pada 2024.Mendapatkan tarif lebih rendah dari AS dinilai krusial untuk melindungi ekonomi Thailand yang bergantung pada perdagangan dari tekanan tambahan, di tengah beban utang rumah tangga tertinggi di kawasan dan lemahnya konsumsi. Pejabat Thailand memperkirakan bahwa tarif 36 persen bisa memangkas setidaknya satu poin persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini.Ekspor Thailand naik sekitar 15 persen dalam lima bulan pertama tahun ini, sebagian didorong oleh lonjakan pesanan menyusul masa jeda 90 hari atas tarif tinggi yang diusulkan pemerintahan Trump.