Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). (ANTARA/HO-Kemenpar)JAKARTA - Jalur pendakian Gunung Rinjani dikenal sebagai salah satu destinasi favorit bagi pendaki lokal maupun mancanegara. Keindahan alam yang ditawarkan memang luar biasa, namun jalur pendakiannya tergolong menantang dan berisiko tinggi.Karena itu, aspek keamanan di sepanjang jalur pendakian menjadi perhatian penting, terutama setelah munculnya sejumlah insiden yang melibatkan wisatawan asing. Upaya untuk meningkatkan keselamatan pun terus dilakukan, termasuk evaluasi berkala terhadap fasilitas, kesiapan petugas, hingga standar layanan operator pendakian.Menanggapi insiden yang dialami oleh wisatawan asal Brasil baru-baru ini, Kementerian Pariwisata mengambil langkah cepat dengan menggelar evaluasi bersama sejumlah pihak terkait.Fokus utama dari evaluasi ini adalah penguatan sistem pengawasan dan keselamatan di kawasan Gunung Rinjani serta lokasi wisata ekstrem lainnya di Indonesia.“Kami berkomitmen agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kementerian akan memperketat pengawasan serta memperkuat evaluasi berkala demi menjamin seluruh aktivitas wisata, khususnya yang berisiko tinggi, berjalan sesuai standar keamanan,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hariyanto, seperti dikutip ANTARA.Langkah konkret yang sudah dilakukan termasuk koordinasi lintas lembaga dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BASARNAS, serta pemerintah daerah setempat.Selain itu, pengawasan terhadap agen perjalanan, operator tur, dan pemandu wisata akan ditingkatkan, khususnya yang telah bersertifikasi dan mengikuti pelatihan resmi.Hariyanto juga menyampaikan dalam waktu dekat pihaknya mengusulkan pembentukan pusat penyelamatan (rescue center) khusus di sekitar jalur Rinjani. Pelatihan untuk porter dan pemandu wisata juga dirancang lebih komprehensif dengan fokus pada kemampuan tanggap darurat.Untuk jangka menengah, rencana pengadaan alat komunikasi dan evakuasi darurat di sejumlah titik pendakian menjadi prioritas. Hal ini bertujuan agar tindakan pertolongan pertama dapat segera dilakukan sembari menunggu bantuan dari tim SAR. Selain itu, akan dikembangkan sistem digitalisasi Jalur Rinjani 360 yang bisa digunakan sebagai panduan interaktif oleh para pendaki.Rencana jangka panjang pemerintah mencakup pembangunan pos tambahan di jalur pendakian lengkap dengan perlengkapan penyelamatan, guna menambah titik aman bagi pendaki yang mengalami kesulitan.Mengenai perlengkapan keselamatan yang wajib dibawa oleh pemandu, Hariyanto menegaskan bahwa Kemenparekraf selama ini telah menjalin kerja sama erat dengan BASARNAS untuk pelatihan keselamatan pariwisata. Kolaborasi ini akan diperluas agar para porter dan pemandu benar-benar siap dalam memberikan pertolongan pertama sebelum bantuan profesional tiba.Meski belum ada kebijakan baru pasca-insiden, Kementerian tetap berpegang pada regulasi yang telah berlaku, yakni Permenparekraf Nomor 4 Tahun 2021 yang mengatur standar keamanan dalam usaha wisata berbasis risiko.Sebagai langkah preventif jangka panjang, pelatihan keselamatan untuk para pemandu akan terus ditingkatkan agar destinasi seperti Rinjani tetap aman dikunjungi dan tidak mengorbankan keselamatan pengunjung.