Pasukan keamanan dan penyelamat Israel bekerja di lokasi serangan rudal dari Iran di Tel Aviv, Israel, Senin (16/6/2025). (ANTARA/Xinhua/Jamal Awad/nym)JAKARTA – Konfrontasi Israel dan Iran sejak pekan lalu kian memanas. Namun tidak ada penjelasan soal alasan sebenarnya mengapa Israel memutuskan melakukan serangan.Terhitung sejak Jumat (14/5/2025) dini hari Israel melancarkan sejumlah serangan ke berbagai fasilitas nuklir di wilayah Iran, termasuk Ibu Kota Teheran. Serangan tersebut menewaskan ratusan orang termasuk sejumlah petinggi militer dan ahli nuklir Iran.Meski mendapat respons mematikan dari Iran, petinggi Israel terus menegaskan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran diperlukan.Sejumlah pembenaran pun telah disampaikan kepada publik Israel, namun tidak ada alasan yang menjelaskan apa alasan sebenarnya yang membuat Israel memutuskan melakukan serangan sepihak dan tanpa alasan.Presiden AS Donald Trump menyambut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih di Washington D.C., Amerika Serikat (4/2/2025). (ANTARA/Xinhua/Hu) Yousong/aa)“Salah satu kekhawatiran dalam menyerang situs nuklir adalah bahwa kemunduran ini dapat menyebabkan Iran menyusun kembali operasi mereka dengan upaya yang lebih gigih untuk mendapatkan penangkalan nuklir,” kata Ali Vaez, seorang pakar Iran untuk International Crisis Group (ICG).Seberapa besar kerusakan yang disebabkan kedua belah pihak, dan situs mana saja yang terkena serangan, tidak jelas. Selain itu, sulit juga untuk mengetahui berapa banyak rudal dan amunisi yang masih dimiliki kedua belah pihak dalam persediaan mereka, serta berapa lama Israel dan Iran dapat bertahan dalam pertempuran ini.Ketakutan terhadap Nuklir IranIsrael dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keunggulan militer di Timur Tengah. Tidak hanya karena persenjataan konvensionalnya serta dukungan AS, tapi juga karena mereka memiliki keunggulan yang tidak dimiliki negara lain di kawasan tersebut, yaitu senjata nuklir.Tel Aviv diyakini memiliki senjata nuklir, meski tidak pernah mengakuinya secara terbuka.Di sisi lain, Israel menganggap Iran sebagai musuh nomor satu, karena negara tersebut merupakan penyokong utama musuh Israel seperti Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa Iran hampir memperoleh senjata nuklir, meski Teheran bersikeras program nuklir mereka untuk tujuan damai.Israel mengklaim serangan yang mereka lancarkan adalah serangan pencegahan, yang dimaksudkan untuk mengatasi ancaman langsung dan tidak terelakkan dari pihak Iran untuk membuat bom nuklir. Namun tidak ada bukti untuk klaim ini.“Serangan Israel tidak diragukan lagi direncanakan dengan cermat dalam jangka waktu yang lama,” kata Ori Goldberg, analis Timur Tengah dengan spesialisasi urusan Iran, mengutip Al Jazeera.“Serangan pencegahan seharusnya mengandung unsur pembelaan diri, yang pada gilirannya dipicu oleh keadaan darurat. Namun keadaan darurat seperti itu tampaknya tak pernah terjadi,” imbuhnya.Melenyapkan Petinggi IranOperasi militer yang sedang berlangsung juga tampaknya menunjukkan bahwa Israel tidak hanya bermaksud menghapus aktivitas nuklir Iran. Tantara Israel mengebom berbagai target militer dan pemerintah, mulai dari pangkalan rudal sampai lading gas dan depot minyak.Tak hanya itu, Israel juga melakukan serangkaian pembunuhan terhadap para pemimpin militer senior Iran, salah satunya Ali Shamkhani, meski media pemerintah dan pemerintah Iran belum mengonfirmasi kematiannya.Ia adalah mantan menteri pertahanan dan penasihat dekat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Shamkhani diyakini telah menjadi tokoh utama dalam pembicaraan dengan AS dalam beberapa bulan terakhir.Pembunuhannya, bersama dengan petinggi lain, mencerminkan modus operasi favorit Israel. Israel sering “melenyapkan” orang-orang tertentu dengan harapan kematian mereka mengakibatkan kehancuran sistem dan lembaga yang dipimpin.Untuk kasus Shamkhani, kematiannya dapat ditafsirkan sebagai upaya menyabotase pembicaraan antara Iran dan AS.Misi NetanyahuPM Israel Benjamin Netanyahu mendapat kritik di dalam negaranya sendiri, seiring dengan serangan terhadap Gaza sejak Oktober 2023. Netanyahu disebut-sebut membuat keputusan keputusan militer atas dasar pertimbangan politik sendiri.Menurut para pengkritiknya, ia bergantung pada konflik, baik di Iran maupun di Gaza, untuk mempertahankan koalisinya. Netanyahu juga dituding terlibat dalam berbagai tuduhan korupsi. Sejak 2023, pria kelahiran 21 Oktober 1949 ini sejatinya telah mendapat ancaman untuk ditumbangkan.Sampai kemudian terjadilah perang Iran dan Israel yang menurut Goldberg seperti angin segar bagi Netanyahu di tengah upaya penggulingan terhadap dirinya."Bagi Netanyahu, perbedaan antara politik dalam dan luar negeri tidak dapat dibedakan," kata Ori Goldberg."Tidak ada ancaman yang mengancam Israel. Ini bukan sesuatu yang tak terelakkan. Laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) tidak memuat apa pun yang menunjukkan Iran menimbulkan ancaman eksistensial bagi Israel."Tim penyelamat bekerja di lokasi bangunan yang rusak akibat serangan Israel di Teheran, Iran, 13 Juni 2025. (Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran/WANA)Untuk saat ini sebagian besar politisi di Israel mendukung militer sejak serangan terhadap Iran. Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid bahkan memuji serangan tersebut, pun dengan politisi sayap kiri Yair Golan yang juga memberi dukungan. "Keputusan Netanyahu untuk menyerang Iran muncul karena tekanan posisi politiknya dan kecanduannya pada darah dan kekerasan. Tetapi langkah tersebut tampaknya mendapat dukungan dari oposisi parlemen," kata anggota parlemen sayap kiri Israel Ofer Cassif. Akankah ini menjadi ‘penyelamatan’ bagi Netanyahu? Akankah publik Israel memaafkannya atas kegagalannya yang menyedihkan di dalam negeri dan pelanggarannya yang mengerikan di Gaza?“Jika mengamati kegembiraan yang sedang terjadi dalam wacana publik Israel ini mungkin benar adanya,” tandas Goldberg.