Ilustrasi penumpukkan cairan di rongga dada (Freepik)JAKARTA - Paru-paru basah atau yang dalam istilah medis dikenal sebagai pneumonia, adalah kondisi peradangan pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi, baik dari bakteri, virus, maupun jamur.Kondisi ini sering kali disalahartikan sebagai "masuk angin" atau dianggap ringan, padahal dalam banyak kasus, paru-paru basah bisa berkembang menjadi serius dan membahayakan jiwa jika tidak ditangani dengan cepat.Pneumonia menyebabkan kantong-kantong udara di paru-paru terisi cairan atau nanah, yang mengganggu pertukaran oksigen dan memicu berbagai gejala seperti batuk berdahak, demam tinggi, menggigil, hingga sesak napas.Masyarakat awam kerap menyamakan paru-paru basah dengan kondisi lain seperti adanya cairan di rongga dada, padahal keduanya sangat berbeda baik dari penyebab, gejala, maupun tata laksana medisnya. Menurut dr. Ermono Superaya, Sp.B.T.K.V, dokter spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, paru-paru basah melibatkan peradangan aktif akibat infeksi mikroorganisme, sedangkan cairan di rongga dada atau efusi pleura umumnya merupakan akumulasi cairan di luar paru yang dapat disebabkan oleh gangguan non-infeksi, seperti gagal jantung, TBC, kanker paru, atau penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang."Penyebab paru-paru basah adalah adanya infeksi yang langsung menyerang jaringan paru. Sementara cairan di rongga dada bisa terjadi karena penyakit sistemik yang menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan menumpuk di luar paru. Keduanya dapat dikatakan kondisi medis yang berbeda,” ujarnya dalam diskusi media di Jakarta, baru-baru ini. Gejala pneumonia dapat meliputi demam, batuk berdahak yang menetap, menggigil, nyeri dada, dan kesulitan bernapas.Di sisi lain, penumpukan cairan di rongga dada lebih sering ditandai dengan rasa sesak, nyeri dada saat bernapas dalam, dan penurunan kemampuan paru-paru mengembang secara optimal. Dalam kondisi sehat, sebenarnya rongga dada sudah berisi cairan dalam volume tertentu. Namun kondisi itu tidak membahayakan karena cairan dapat diserap dan diproduksi kembali untuk menunjang organ tubuh bekerja. Sedangkan dalam kondisi abnormal, cairan di rongga dada volumenya terus bertambah dan dapat menekan paru-paru, bahkan mendorong organ-organ penting seperti jantung, yang berisiko menyebabkan henti jantung mendadak."Pasien bisa tidak bisa bernapas jika volume cairan terlalu banyak dan tidak segera dikeluarkan,” jelas dr. Ermono.Penanganan kondisi cairan di rongga dada biasanya dimulai dari diagnosis penyebabnya, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pengeluaran cairan.Salah satu teknik unggulan saat ini adalah prosedur VATS (Video-Assisted Thoracoscopic Surgery) Pericardiostomy, yaitu operasi minimal invasif yang menggunakan kamera kecil untuk membantu dokter melihat dan mengeluarkan cairan dari rongga dada atau sekitar jantung.Dibandingkan dengan bedah terbuka, metode VATS menawarkan keunggulan berupa sayatan lebih kecil, nyeri pascaoperasi lebih ringan, serta proses pemulihan yang lebih cepat."VATS memungkinkan dokter bisa mengambil sampel cairan untuk diperiksa di laboratorium. Hal ini penting untuk menentukan apakah infeksi, keganasan, atau gangguan lain yang menjadi penyebab utamanya,” tutupnya.