Gambar: Pexels/Flo DhanJAKARTA - One meal a day (OMAD) atau makan satu kali sehari kini tengah menjadi metode diet yang tren, terutama di TikTok. Metode ini diklaim dapat menurunkan berat badan dengan cepat, tanpa harus menghitung kalori atau membatasi jenis makanan.Namun, seiring meningkatnya orang yang melakukan tren tersebut, muncul juga kekhawatiran akan kesehatan dalam melakukannya. Mengutip dari Healthline, pada Minggu, 22 Juni 2025, OMAD merupakan salah satu bentuk intermittent fasting, yang dikenal dengan metode 23:1.Pada diet tersebut, seseorang berpuasa selama 23 jam dan hanya memiliki jendela makan selama satu jam. Dengan demikian, pelaku diet ini hanya mengonsumsi satu kali makan besar setiap harinya, yang biasa dilakukan pada malam hari dan tidak mengonsumsi kalori di luar jam tersebut.Keunggulan dari OMAD adalah kemudahan dalam melakukannya. Tidak ada makanan yang dilarang dan tidak perlu menghitung kalori, cukup dengan mengatur waktu makan saja.Beberapa studi kecil juga menunjukkan hasil menjanjikan untuk tren diet tersebut. Penelitian pada 2022 menyebutkan bahwa makan satu kali sehari di malam hari dapat membantu penurunan berat badan dan meningkatkan oksidasi lemak saat berolahraga.Meski demikian, metode diet OMAD juga bukan tanpa risiko. Membatasi waktu makan secara ekstrem dengan hanya satu jam sehari dapat menyebabkan sejumlah efek samping pada tubuh, seperti berikut ini.1. Rasa lapar yang intens.2. Lemas, pusing, dan kesulitan untuk berkonsentrasi karena fluktuasi gula darah.3. Kelelahan karena kurangnya asupan energi.4. Meningkatkan risiko perilaku makan yang tidak sehat, seperti binge eating.Dengan risiko tersebut, diet OMAD sebenarnya tidak begitu direkomendasikan. Terlebih jika orang yang melakukannya memiliki banyak aktivitas dalam kesehariannya.“Karena Anda mengeluarkan lebih banyak energi, berarti Anda membutuhkan lebih banyak makanan. Ini adalah salah satu alasan mengapa saya tidak merekomendasikan diet ini, karena dapat menghambat faktor-faktor lain yang membentuk gaya hidup sehat,” kata ahli gizi, April Morgan.Selain itu, sebuah tinjauan ilmiah pada 2023 juga menyebutkan bahwa pola makan ekstrem seperti ini dapat menimbulkan stres psikologis dan gangguan makan. Ini kemungkinan besar terjadi pada mereka yang cenderung mengalami tekanan emosional saat menjalani diet ketat.