ILO & UNICEF: Dunia Gagal Capai Target Hapus Pekerja Anak

Wait 5 sec.

Masih ada sekitar 138 juta anak yang masih menjadi pekerja anak. Dok: ILO & UNICEFAnak seharusnya memiliki momen indah yang dihabiskan untuk belajar dan bermain dengan teman sebayanya. Namun, ternyata masih ada di antara mereka yang dipaksa bekerja untuk mencukupi perekonomian keluarga.Hal ini terungkap melalui laporan berjudul “Pekerja Anak: Estimasi Global 2024, Tren dan Jalan ke Depan” yang dirilis oleh International Labour Organization (ILO) dan UNICEF. Laporan ini dirilis dalam rangka memperingati Hari Dunia Menentang Pekerja Anak pada 12 Juni dan Hari Bermain Internasional pada 11 Juni.Hasil laporan dari ILO dan UNICEF mengungkap bahwa pada 2024 ada hampir 138 juta anak di dunia yang masih menjadi pekerja anak. Sekitar 54 juta di antaranya terlibat dalam pekerjaan berbahaya yang kemungkinan besar membahayakan kesehatan, keselamatan, atau perkembangan mereka.Banyak anak yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dok: ILO & UNICEFSektor pertanian jadi penyumbang terbesar pekerja anak, yaitu 61 persen, disusul sektor jasa 27 persen dan sektor industri 13 persen. Laporan yang sama menyebutkan bahwa anak laki-laki lebih banyak terlibat dalam pekerjaan anak. Namun jika pekerjaan rumah tangga yang tak dibayar dihitung, anak perempuan justru menanggung beban lebih besar, yaitu 21 jam per minggu.Sebenarnya, angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 20 juta anak bekerja sejak 2020. Namun dunia tetap gagal mencapai target yang telah ditetapkan PBB pada 2015 untuk menghapus pekerja anak pada 2025.“Dunia telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi jumlah anak yang dipaksa bekerja. Namun masih terlalu banyak anak yang harus bekerja di tambang, pabrik, atau ladang, seringkali dalam pekerjaan berbahaya demi bertahan hidup,” ungkap Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF dalam siaran pers yang diterima kumparanWOMAN pada Jumat (13/05).Lewat laporan ini, ILO dan UNICEF mengungkap bahwa meskipun ada kemajuan, tapi masih ada anak yang kehilangan hak mereka untuk belajar dan bermain. Artinya, perjalanan menuju penghapusan pekerja anak masih panjang. Dilansir laman UN News, UNICEF dan ILO menyerukan solusi kebijakan terpadu yang bekerja lintas sektor pemerintahan, menangani masalah dari perspektif pendidikan, ekonomi, dan sosial.Masih adanya anak yang bekerja mengartikan bahwa dunia telah gagal menghapus pekerja anak di tahun 2025. Dok: ILO & UNICEFLaporan tersebut juga menyoroti bahwa mengakhiri pekerja anak tidak dapat dicapai tanpa juga memikirkan kondisi yang mendorong keluarga untuk mengirim anak-anak mereka bekerja, yaitu kemiskinan. Selain itu, menegakkan hak orang tua juga penting, termasuk untuk berunding bersama dan hak untuk mereka mendapat pekerjaan yang aman.“Kita tidak boleh lalai dengan kenyataan bahwa perjalanan menuju penghapusan pekerja anak masih panjang,” ucap Direktur Jenderal ILO, Gilbert F. Houngbo.Catherine menambahkan, penghapusan pekerja anak dapat dicapai melalui serangkaian langkah konkret. Di antaranya adalah penerapan perlindungan hukum yang kuat, perluasan perlindungan sosial, investasi pada pendidikan yang gratis dan berkualitas, serta peningkatan akses terhadap pekerjaan layak bagi orang dewasa.Dengan pendekatan ini, keluarga tidak perlu lagi mengandalkan tenaga anak-anak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.BACA JUGALaporan UNICEF: 640 Juta Perempuan di Dunia Menikah saat Masih Anak-anakUNICEF: 322 Anak Tewas di Gaza dalam 10 Hari TerakhirUNICEF soal Pelecehan 400 Anak di Malaysia: Kengerian Tak Terbayangkan