Iron Dome yang menjadi andalan Israel selama ini, jebol oleh serangan Iran. (Dok IDF) Dalam hitungan hari, harga minyak dunia melonjak. Nilai tukar rupiah siap-siap tertekan. Inflasi bersiap menggeliat. Dan semuanya bermula dari satu titik: serangan balik Israel ke Iran."Ketegangan geopolitik ini menciptakan dua risiko langsung: kenaikan harga komoditas dan pelemahan ekonomi global. Kombinasi ini sangat berbahaya karena inflasi bisa naik justru ketika pertumbuhan melambat," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada media. Menurut Sri Mulyani, di awal saja, perang Israel – Iran telah memicu lonjakan harga minyak lebih dari 8 persen, dari posisi di bawah US$ 70 per barel menjadi US4 78 per barel. Itu mesti diwaspadai karena mengancam ekonomi Indonesia.Indonesia bukan negara kaya minyak. Kita net-importir. Artinya, ketika harga minyak dunia naik, kita harus membayar lebih mahal hanya untuk tetap bisa berjalan. Otomatis biaya subsidi juga bakal membengkak.Yang lebih mencemaskan, perang Iran–Israel tidak seperti konflik biasa. Ini adalah konflik antarnegara bersenjata nuklir, dengan panggung utama bernama Timur Tengah—wilayah yang menyuplai 30% minyak dunia dan menguasai jalur vital perdagangan global: Selat Hormuz dan Laut Merah.Beberapa media menulis, biaya logistik di beberapa jalur pelayaran naik 200%. Banyak kapal kargo enggan melewati Laut Merah dan malah memutar ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Dampaknya ke Indonesia? Waktu tempuh impor bahan baku bertambah dua minggu, dan harga barang konsumsi ikut naik.Transportasi laut, bisa jadi kini menjadi ladang ranjau ekonomi. Tak ada yang bisa menjamin keamanan kapal sipil di perairan yang semakin dipenuhi kapal perang AS, Inggris, Rusia, dan Iran.Bank Indonesia (BI) juga mengungkap kekhawatiran atas tekanan kurs rupiah terhadap dolar AS yang makin menguat. Dolar kini jadi "safe haven", dan uang asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.Yang lebih membayangi adalah ketidakpastian geopolitik nuklir. Serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran, seperti ditulis di media, telah merusak infrastruktur di Bushehr. Ini bukan sekadar perang. Ini risiko radiasi. Apalagi kemudian Trump ikut cawe-cawe.Indonesia tak tinggal diam. Dalam pernyataannya, Kemlu RI memperingatkan bahwa serangan ke fasilitas nuklir bisa memicu bencana kemanusiaan. Sementara evakuasi WNI dari Iran hanya bisa dilakukan lewat jalur darat. Negara-negara besar seperti China sudah mengevakuasi 700 warganya.Kita sedang belajar, dengan sangat mahal, bahwa perdamaian bukan sekadar doa. Tapi kepentingan ekonomi nyata. Makin mengerikan karena yang bertikai negara yang punya senjata nuklir. Satu pelajaran yang seharusnya diingat. Harga damai jauh lebih murah daripada harga perang.