Identitas Nasional dan Perilaku Kebersihan

Wait 5 sec.

Gambar dibuat penulis melalui aplikasi CanvaOrang Indonesia dikenal suka membuang sampah sembarangan. Itulah salah satu jawaban yang saya peroleh dari seorang peserta penelitian saat ditanya tentang siapa orang Indonesia.Jika pernyataan itu datang dari orang luar, kita mungkin akan marah. Namun ketika itu diucapkan oleh orang Indonesia sendiri, ia menjadi semacam cermin tajam yang memantulkan wajah kita sebagai bangsa. Menyakitkan tetapi sulit disangkal.Di banyak ruang publik seperti pasar, sungai, jalan raya, hingga kawasan wisata, sampah berserakan dan menjadi bagian tetap dari pemandangan keseharian kita. Ketika membayangkan sebuah kota di Indonesia, salah satu yang mengemuka adalah sampahnya.Menurut hasil survei Perilaku Pengelolaan Sampah Masyarakat Indonesia 2024 yang dilakukan oleh Goodstats, sebanyak 42,9 persen responden mengaku tidak selalu membuang sampah di tempatnya, melainkan tergantung kondisi. Bahkan, 7 persen responden menyatakan jarang melakukannya, dan 1,2 persen mengaku tidak pernah membuang sampah pada tempatnya. Data ini mencerminkan bahwa perilaku kebersihan belum menjadi nilai yang tertanam kuat dalam keseharian masyarakat.Fenomena ini lebih dari sekadar kebiasaan buruk. Ia mencerminkan keyakinan kolektif yang tumbuh dalam ruang bawah sadar kita sebagai bangsa. Bahwa kebersihan bukan tanggung jawab bersama, melainkan urusan individu. Atau bahkan bukan urusan siapa pun.Keyakinan ini terus diwariskan tanpa koreksi. Seolah menjadi bagian dari kesadaran nasional bahwa membuang sampah sembarangan adalah hal yang wajar. Dalam titik tertentu, ia bahkan tampak seperti sudah menjadi bagian dari identitas nasional kita sebagai bangsa, sebagaimana disampaikan oleh peserta penelitian Saya tadi.Dan bahwa perilaku kebersihan merupakan elemen penting dari identitas nasional itu terlihat dari perbedaan cara tiap bangsa memandang dan menjalankan kebersihan. Perilaku kolektif sebuah bangsa terkait dengan lingkungan dan kebersihan mencerminkan keyakinan bersama terhadap nilai tersebut. Dan setiap bangsa cenderung memiliki pola yang unik.Beberapa negara menunjukkan kesadaran tinggi terhadap kebersihan lingkungan, Jepang dan Singapura dapat menjadi contoh yang menonjol. Kedua bangsa ini terkenal dengan kebersihan lingkungannya. Beberapa beberapa negara di Eropa seperti Denmark, Estonia, dan Luksemburg, juga terkenal sebagai negara yang warganya peduli terhadap kebersihan lingkungan.Trotoar di Singapura yang bersih dari sampah. Foto: Shutter StockMengapa mereka bisa demikian? Karena nilai kebersihan menjadi bagian dari pandangan dan nilai inti identitas nasional mereka. Bagi masyarakat Jepang, kebersihan bukan sekadar rutinitas, melainkan cermin kedewasaan moral dan spiritual. Nilai ini telah menyatu dalam jiwa kolektif mereka serta praktik sehari-hari, tercermin dalam konsep mottainai yang mengajarkan penghargaan terhadap barang dan penghindaran pemborosan.Selain itu, masyarakat Jepang menjalani kehidupan sehari-hari dengan nilai Shinto yang menekankan kesucian dan keteraturan. Karena itu, membersihkan kelas, memilah sampah, dan menjaga ketertiban dianggap sebagai tanggung jawab sosial, bukan sekadar aturan.Kebersihan juga menjadi bagian penting dari identitas nasional Singapura. Pemerintah Singapura secara aktif membangun citra sebagai bangsa yang menghargai kebersihan. Lebih dari itu, mereka juga berusaha membentuk perilaku kolektif hidup bersih berdasarkan citra tersebut.Berbeda dengan Jepang yang kebersihan terbentuk melalui budaya, di Singapura perilaku kebersihan dibentuk melalui peraturan hukum yang ketat dan pendidikan lingkungan sejak dini. Penegakan hukum yang konsisten serta sanksi tanpa pandang bulu menjadikan kebersihan sebagai nilai, norma, dan kebiasaan masyarakat.Merujuk pada pengalaman kedua negara tersebut, kita bisa menimbang bagaimana keyakinan dan nilai kebersihan diletakkan dalam konstruksi identitas nasional bangsa Indonesia. Sebagai bangsa, kita belum menekankan aspek kebersihan itu sebagai salah satu elemen utama identitas nasional.Salah satu buktinya adalah bahwa meskipun di sekolah anak-anak diajari untuk menjaga kebersihan, ia masih menjadi materi yang diberikan sambil lalu, dan tidak pernah sungguh-sungguh dikuatkan di dunia nyata. Kebersihan tidak menjadi salah satu perilaku yang dikontrol oleh negara dalam pelaksanaanya. Sebagai dampaknya, orang berperilaku bersih dan tidak bersih, tidak ada kaitannya dengan negara.Kondisi berbeda terjadi pada negara yang mengedepankan kebersihan dalam konsep identitas nasionalnya, seperti Jepang dan Singapura sebelumnya. Di dunia negara, soal kebersihan adalah urusan negara. Ia diajarkan secara sungguh-sungguh dan dikontrol dalam pelaksanaannya. Sehingga, dalam jangka panjang, ia menjadi perilaku yang bersifat kolektif dan menjadi bagian dari jati diri bangsa.Karena kebersihan belum menjadi elemen identitas nasional tersebut, perhatian kita pada isu tersebut relatif kurang. Selain itu, perilaku kolektif kita sebagai bangsa juga tidak mengarah pada perilaku yang pro terhadap kebersihan lingkungan. Bahkan kita cenderung menunjukkan perilaku yang kontra terhadap kebersihan lingkungan.Dalam jangka panjang, ketiadaan keyakinan dan nilai kebersihan sebagai bagian dari identitas nasional tersebut bukan hanya menghasilkan kota-kota yang kotor, sungai yang tercemar, dan laut yang dipenuhi plastik. Ia juga potensial melemahkan harga diri kolektif bangsa.Oleh karena itu, penting untuk memandang perilaku kebersihan sebagai bagian utama dari identitas nasional. Ketika seseorang mendefinisikan keindonesiaan, yang terbayang bukan hanya simbol budaya, melainkan juga laku hidup bersih yang mencerminkan tanggung jawab kolektif terhadap ruang bersama.Dengan menempatkan kebersihan dalam kerangka nasionalisme, setiap tindakan yang merusak kebersihan menjadi bentuk pelemahan identitas bangsa. Menjaga kebersihan pun tidak lagi dimaknai sebagai sekadar tindakan teknis, tetapi sebagai ekspresi konkret dalam merawat kebangsaan dan memperkuat rasa memiliki terhadap tanah air.Jika kesadaran ini tertanam luas, maka akan lahir revolusi keyakinan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Ia akan menjadi gerakan nasional yang tumbuh di setiap rumah, berlaku di berbagai lembaga pendidikan, disebarkan oleh media, didukung oleh kebijakan, dan dikerjakan oleh pemimpin, sehingga kebersihan menjadi nilai yang hidup dan mengakar dalam keseharian bangsa Indonesia.