Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno saat acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanWakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menghadiri peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2025 di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6).Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta itu mengusung slogan “Udara Kita Bersih” dan menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-498 Jakarta.Dalam kesempatan tersebut, Rano turut menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba Schools Reinventing Cities Tingkat Provinsi dari kalangan pelajar SD hingga SMA.Ia mengapresiasi keterlibatan hampir 700 kelompok sekolah dan menyebut lebih dari 300 di antaranya berhasil menciptakan alat untuk menurunkan emisi di lingkungan masing-masing.Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno saat acara Peringatan Hari Lingkungan Hidup di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparan“Luar biasa, hampir 700 kelompok anak-anak sekolah yang terdaftar ya. Dan terdaftar hampir 300 juaranya. Mereka menemukan alat-alat untuk menurunkan emisi di tempat mereka. Yang luar biasa, keterlibatan anak-anak SD, SMP, SMA itu semuanya terlibat,” ujar Rano.“Ini menandakan bahwa mereka sangat care dengan udara, mereka sangat care dengan lingkungan,” tambahnya.Rano juga menanggapi soal rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS). Ia menegaskan pentingnya pengelolaan sampah di wilayah, bukan hanya terpusat di satu tempat seperti Bantargebang.“Sebelum saya jadi wakil gubernur, sebetulnya sudah juga terjadi rencana pembangunan ITF (Intermediate Treatment Facility) di 4 titik. Karena memang kalau ITF ini jauh lebih ideal. Jangan dibuang di satu tempat,” ujarnya.Kondisi terkini proyek pembangunan intermediate treatment facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara, Jumat (23/12). Foto: Jonathan Devin/kumparan“Kita kan membuang hanya di Bantargebang. Nah, Bantargebang ini kalau kita membawa distribusinya, bawa sampah ke Bantargebang, pasti yang namanya lini airnya akan bocor di jalan. Ini juga pengaruh kepada bau, segala macam,” lanjutnya.Namun, ia mengakui adanya tantangan dalam hal ketersediaan lahan minimal 10 hektare di tiap wilayah.“Nah, kalau memang bisa dikelola di wilayah, jauh lebih bagus. Cuma pertanyaannya, apakah di wilayah ada lahan yang minimal 10 hektare. Itu juga menjadi tergantung. Kalau lahan mungkin di daerah itu nggak ada, dia bisa dikelola di lahan yang ada,” ungkap Rano.Menurut Rano, pengelolaan sampah kini sudah masuk Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga menjadi perhatian utama pemerintah.Ia pun berterima kasih kepada masyarakat Bekasi yang selama ini menerima sampah dari Jakarta, namun menegaskan bahwa kondisi Bantargebang yang hampir overload tidak bisa dibiarkan terus-menerus.“Bantargebang ini tingginya sudah hampir 20 meter. Sudah overload. Jadi nggak mungkin, kita harus kelola bersama-sama,” ucapnya.“Untungnya, terima kasih kepada masyarakat Bekasi yang mau, istilahnya mau ketempatan lah. Tapi artinya itulah menjadi tanggung jawab kita bersama,” tutupnya.