Bukan Sekadar Tren Kecantikan, Prosedur Botoks Butuh Pendekatan Medis agar Aman Digunakan

Wait 5 sec.

Dr. Kyung-tae Bae, Direktur It’s Me Clinic cabang Sejong, Korea Selatan, menunjukkan teknik injeksi terkini kepada para dokter Indonesia. (dok. Daewoong Pharmaceutical)JAKARTA - Botoks atau toksin botulinum semakin dikenal luas sebagai salah satu perawatan estetika yang banyak diminati masyarakat. Prosedur ini digunakan untuk mengurangi kerutan dan garis halus di wajah dengan cara melemahkan otot tertentu secara sementara.Meski populer, penggunaan botoks tetap memerlukan edukasi yang memadai, baik bagi pasien maupun tenaga medis, karena prosedur ini berkaitan erat dengan anatomi, dosis, serta teknik penyuntikan yang tepat. Salah penanganan justru bisa menimbulkan efek samping yang merugikan.Sejalan dengan pentingnya edukasi tersebut, beberapa perusahaan di bidang farmasi dan estetika turut berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan para praktisi medis di Indonesia.Salah satunya adalah kolaborasi antara Daewoong Pharmaceutical dan CGBIO Indonesia yang mengikuti ajang AMUSE 2025 (Aesthetic Medicine Updates Seminar and Exhibition), sebuah kongres estetika medis berskala internasional yang diadakan pada 17–22 Juni 2025 di Jakarta dan Tangerang.Dalam acara tersebut, mereka memperkenalkan program pelatihan prosedur kombinasi, yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan dokter dalam menggunakan produk estetika secara tepat guna.Lebih dari 1.200 dokter dari berbagai latar belakang spesialisasi seperti dermatologi, bedah plastik, dan estetika hadir dalam acara ini. Pelatihan langsung juga diberikan oleh beberapa pakar dari Korea Selatan, seperti Dr. Kyung-tae Bae dan Dr. Jae-yoon Jung, yang mempresentasikan strategi perawatan kombinasi sesuai kondisi pasien.Dr. Jae-yoon Jung, Direktur Oaro Dermatology cabang Nowon, Korea Selatan, menyampaikan edukasi tentang strategi perawatan kombinasi menggunakan toksin botulinum dan skin booster berbasis CaHA (Facetem)."Sesi ini merupakan kesempatan berharga untuk memperkenalkan metode perawatan kombinasi yang disesuaikan dengan kondisi pasien untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal," jelas Dr. Jae-yoon Jung dalam keterangannya.Pelatihan tersebut juga menyoroti penggunaan toksin botulinum murni, skin booster berbahan kalsium hidroksiapatit (CaHA), filler berbasis asam hialuronat (HA), serta benang medis polydioxanone (PDO) untuk prosedur pengencangan wajah."Dengan memanfaatkan portofolio estetika medis milik Daewoong dan CGBIO yang sudah diakui secara global, kami akan terus melakukan lokalisasi dan mengembangkan prosedur kombinasi yang sesuai dengan pasar Indonesia. Melalui program edukasi, kami berharap dapat memberikan pelatihan profesional yang berkelanjutan dan mendalam bagi para tenaga medis lokal," ungkap Changwoo Ha, Kepala Divisi Bisnis Estetika Medis di KIIMOT. Program pelatihan ini merupakan bagian dari inisiatif DEEP (Daewoong Expert Education Program) yang bertujuan memperkaya pengetahuan klinis dan teknis tenaga medis di Indonesia. Kegiatan ini didukung oleh KIIMOT (Korea-Indonesia Integrated Marketing Operation Taskforce), yang fokus pada pengembangan edukasi estetika lintas negara.Meski masih dalam tahap pengembangan pasar, perusahaan menyampaikan peluncuran resmi produk toksin botulinum di Indonesia dijadwalkan pada Juli 2025. Namun, yang ditekankan bukan sekadar pemasaran produk, melainkan peningkatan kualitas edukasi dan praktik klinis tenaga medis lokal agar perawatan estetika dapat dilakukan secara aman, efektif, dan etis.