Polri Cegah 98 WNI Jadi Korban TPPO, Mayoritas Bakal Dikirim ke Negara Konflik dan Sarang Scam Online

Wait 5 sec.

Kasubdit III Dittipid PPA dan PPO Bareskrim Polri Kombes Amingga Primastito/FOTO ISTJAKARTA - Bareskrim Polri dan kantor Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan upaya 98 warga negara Indonesia (WNI) yang hendak berangkat bekerja ke luar negeri secara ilegal atau nonprosedural. Langkah pencegahan dilakukan sebagai antisipasi mereka dikirim ke kawasan rawan konflik."Upaya pencegahan ini dilakukan agar para WNI tidak menjadi korban konflik seperti di Timur Tengah yang saat ini sedang terjadi peperangan," ujar Kasubdit III Dittipid PPA dan PPO Bareskrim Polri Kombes Amingga Primastito kepada wartawan, Kamis, 26 Juni.Puluhan WNI itu sebagian besar direkrut oleh orang-orang yang dikenal secara pribadi, seperti kerabat atau tetangga, yang membentuk jaringan perekrutan terselubung.Mereka dijanjikan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, pekerja restoran di Timur Tengah, serta sebagai tenaga di industri perjudian dan penipuan online (scam online) di Myanmar dan Kamboja.“Kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi di negara tujuan seperti kawasan Timur Tengah yang saat ini tengah terjadi konflik akibat peperangan, dan di perbatasan Thailand dengan Kamboja akibat sengketa wilayah,” sebutnya.Seluruh WNI yang dicegah keberangkatannya akan menjalani proses assessment guna menelusuri jaringan perekrut. Setelah itu, mereka akan diserahkan kepada Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk diberikan sosialisasi dan edukasi terkait migrasi aman.“Setelah proses tersebut, mereka akan diserahkan kepada BP2MI untuk diberikan sosialisasi dan edukasi terkait proses migrasi yang aman agar mendapat pelindungan,” kata Amingga. Sementara itu, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno-Hatta, Johanes Fanny Satria Cahya Aprianto, menyebutkan pihaknya menggagalkan upaya keberangkatan 98 calon PMI nonprosedural ke berbagai negara, termasuk Yaman, Qatar, Arab Saudi, Kamboja, Myanmar, dan Malaysia.“Seluruhnya diduga berangkat tanpa prosedur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah,” ungkap Fanny.Menurutnya, para calon PMI ini menggunakan modus berpura-pura sebagai wisatawan, pelajar, atau jemaah ibadah agar lolos pemeriksaan.“Banyak dari mereka menyamar sebagai pelancong atau wisatawan, ibadah dan belajar. Identifikasi seperti ini tidaklah mudah karena dilakukan secara terselubung,” kata Johanes.