Aman atau Berisiko? Ini Fakta Nuklir untuk Ketahanan Pangan

Wait 5 sec.

Ilustrasi reaktor nuklir (Pixabay)JAKARTA – Indonesia telah memanfaatkan teknologi nuklir dalam mendukung ketahanan pangan, antara lain untuk memperpanjang masa simpan, menjaga kandungan gizi, serta memastikan keamanan dari mikroba dan hama.Namun, sejauh mana tingkat keamanan dari penggunaan radiasi nuklir dalam sektor pangan?Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irawan Sugoro, menjelaskan bahwa teknologi iradiasi menawarkan solusi nyata dalam menjaga kualitas pangan tanpa mengubah rasa, tekstur, maupun kandungan nutrisinya.Ia menyebutkan bahwa teknologi ini sudah luas dimanfaatkan, terutama dalam pengujian tanpa merusak (non-destructive testing) dan sterilisasi alat kesehatan, termasuk di sektor pertambangan dan layanan medis.“Namun tantangan terbesar terletak pada penerimaan publik. Stigma terhadap istilah radiasi masih menjadi hambatan utama, meskipun teknologi ini telah terbukti aman dan banyak digunakan di berbagai negara maju,” ujar Irawan dalam keterangannya, Minggu, 29 Juni.Sejalan dengan itu, peneliti PRTPR BRIN, Murni Indarwatmi, turut menjelaskan bahwa iradiasi memiliki banyak manfaat dalam mendukung ekspor pangan, khususnya dalam memenuhi persyaratan ketat negara tujuan seperti Australia.“Iradiasi untuk keperluan fitosanitari sangat efektif mengendalikan hama tersembunyi seperti lalat buah dan kutu putih, tanpa memerlukan perlakuan manual yang mahal dan memakan waktu. Hal ini sangat relevan untuk komoditas ekspor seperti mangga dan manggis,” jelas Murni.Selain itu, teknologi ini juga unggul dalam sterilisasi berbagai produk, mulai dari herbal, daging olahan, hingga komponen pangan seperti bubuk cabai pada mi instan.“Dengan daya tembus tinggi dan proses tanpa kontak langsung, iradiasi memungkinkan perlakuan yang efisien dan higienis, bahkan terhadap produk yang sudah dikemas,” tambahnya.