Beroperasi 2026, Pabrik Baterai Kendaraan Listrik RI-China Berkapasitas 15 GWh

Wait 5 sec.

Tangkapan layar - Presiden RI Prabowo Subianto memberikan sambutan pada peresmian peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Karawang (29/6). Foto: Fathur Rochman/ANTARAMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan kapasitas produksi megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) konsorsium Indonesia-China bisa setara 300.000 mobil listrik dan 40 gigawatt per hour (GWh) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).Bahlil mengatakan, proyek baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir di Halmahera Timur, Maluku Utara, dan Karawang, Jawa Barat, ini memiliki kapasitas produksi 15 GWh."Untuk lokasi ini, Pak Presiden, kita resmikan kapasitas 15 GWh. 15 GWh ini setara dengan baterai untuk sekitar 250.000–300.000 mobil," ungkapnya saat groundbreaking Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Antam-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) Karawang, Minggu (29/6).Proyek tersebut merupakan pengembangan industri dari hulu ke hilir yang terdiri dari 6 proyek secara terintegrasi yang dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan Konsorsium CATL Brunp dan Lygned (CBL) yang merupakan anak perusahaan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).Presiden Prabowo Resmikan Groundbreaking Ekosistem Baterai EV RI-China Senilai Rp 96 T. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparanMegaproyek tersebut mencakup 5 proyek yang dikembangkan di Kawasan PT Feni Haltim (FHT) yang merupakan Joint Venture (JV) Antam dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL) di Halmahera Timur, serta 1 proyek dikembangkan di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang.Pada fase pertama, pabrik tersebut akan memproduksi 6,9 GWh mulai tahun 2026, dan mencapai kapasitas penuh sebanyak 15 GWh pada tahun 2028. Baterai yang diproduksi tidak hanya untuk kendaraan, namun juga untuk panel Surya (Solar PV)."Kita juga membangun tidak hanya baterai mobil, tapi juga baterai untuk menyimpan energi dari solar panel. Insyaallah, mereka bersedia untuk kita kembangkan agar semua produk ada di dalam negeri," jelas Bahlil."Target kita, di sini, dengan pasar yang sudah naik untuk baterai PLTS, bisa sampai 40 GWh," imbuhnya.Proyek tersebut rencananya memakan investasi USD 5,9 miliar atau setara Rp 96 triliun dan menyerap 8.000 tenaga kerja langsung dan 35.000 yang tidak langsung. Proyek ini juga digadang-gadang bisa menekan impor BBM."Ini bisa menghemat impor BBM sekitar 300.000 kiloliter per tahun kalau hanya 15 GWh," katanya.Adapun di kawasan Industri FHT terdapat 5 subproyek utama, yaitu pertambangan nikel, kedua subproyek smelter pirometalurgi (RKEF) yang menghasilkan produk refined nickel alloy dengan rencana produksi sebesar 88 ribu ton per tahun. Proyek ini direncanakan mulai produksi pada tahun 2027.Ketiga yakni subproyek smelter hidrometalurgi (HPAL), menghasilkan produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan rencana produksi sebesar 55 ribu ton per tahun. Proyek ini direncanakan mulai produksi pada tahun 2028.Presiden Prabowo Resmikan Groundbreaking Ekosistem Baterai EV RI-China Senilai Rp 96 T. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparanKemudian, subproyek bahan baterai dengan produk bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) dengan rencana produksi sebesar 30 ribu ton per tahun. Proyek ini direncanakan mulai produksi pada tahun 2028.Terakhir, subproyek daur ulang baterai yang menghasilkan produk Nikel Cobalt Mangan Sulfat dan Lithium dan Lithium Karbonat dengan rencana produksi sebesar 20 ribu ton per tahun. Proyek ini direncanakan mulai produksi pada tahun 2031.Sementara satu subproyek berlokasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yakni proyek pabrik Baterai Lithium lon yang merupakan JV antara IBC dan Konsorsium CBL.