Studi: Bau Kotoran Telinga Bisa Ungkap Awal Penyakit Parkinson

Wait 5 sec.

Cotton bud (Foto: Freepik/Freepik)JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bau kotoran telinga manusia bisa menjadi indikator awal dari penyakit Parkinson, sebuah gangguan neurologis serius yang dapat menyebabkan kerusakan otak progresif. Temuan ini memberikan harapan baru dalam deteksi dini Parkinson, yang selama ini sering terlambat dikenali karena gejala awalnya yang samar.Dilansir dari laman New York Post pada Jumat, 27 Juni, menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Analytical Chemistry,senyawa kimia volatil (volatile organic compounds/VOC) yang terkandung dalam sebum, yakni zat berminyak yang terdapat dalam kotoran telinga, menunjukkan perbedaan mencolok antara orang sehat dan penderita Parkinson. Perbedaan ini terdeteksi melalui bau khas yang dipancarkan oleh senyawa tersebut.Penyakit Parkinson adalah kondisi yang memengaruhi sistem saraf pusat, menyebabkan gejala seperti gemetar, kekakuan otot, dan perlambatan gerak. Seiring perkembangan penyakit, kerusakan otak akan semakin meluas, berdampak pada fungsi motorik dan kognitif.Hal paling menarik, para ilmuwan menemukan bahwa bau kotoran telinga dapat mencerminkan proses internal seperti peradangan kronis, stres oksidatif dan degenerasi saraf, yang merupakan tanda-tanda awal Parkinson.Empat senyawa yang diidentifikasi sebagai biomarker potensial adalah:- Ethylbenzene- 4-ethyltoluene- Pentanal- 2-pentadecyl-1,3-dioxolanePara peneliti di Tiongkok menggunakan data dari kotoran telinga untuk melatih sebuah sistem berbasis kecerdasan buatan penciuman (Artificial Intelligence Olfactory/AIO). Teknologi ini mampu mensimulasikan indera penciuman manusia dan mengidentifikasi perbedaan bau dengan akurasi mencapai 94%.Jika terus dikembangkan, teknologi ini berpotensi digunakan sebagai alat skrining awal yang murah, cepat, dan non-invasif, jauh lebih praktis dibandingkan tes seperti MRI atau pengambilan cairan tulang belakang.Deteksi dini Parkinson sangat penting karena pengobatan saat ini hanya bisa memperlambat gejala, bukan menyembuhkan penyakit. Semakin cepat Parkinson terdeteksi, semakin besar peluang untuk menjaga kualitas hidup pasien dan menunda kerusakan otak lebih lanjut.“Idealnya, metode ini bisa menggantikan pendekatan yang lebih invasif seperti biopsi atau pemindaian otak,” kata Dr. Joohi Jimenez-Shahed, pakar neurologi dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.Meski hasilnya menjanjikan, studi ini masih terbatas pada satu klinik di Tiongkok dengan jumlah partisipan terbatas. Para peneliti menyatakan perlu dilakukan studi lanjutan di berbagai lokasi dan beragam etnis untuk memastikan validitas serta akurasi metode ini secara global.“Perlu pengujian lebih luas sebelum teknologi ini bisa digunakan secara klinis." ujar Hao Dong, peneliti utama studi ini.Penemuan bahwa bau kotoran telinga bisa mengungkap risiko kerusakan otak akibat Parkinson membuka jalan baru dalam bidang diagnosis neurologis. Jika dikembangkan lebih lanjut, teknologi ini bisa menjadi terobosan besar dalam deteksi dini penyakit otak serius, sekaligus memberikan harapan bagi jutaan orang di seluruh dunia.