Ilustrasi Kelelawar Serotin. Foto: David Dohnal/ShutterstockSekelompok ilmuwan menemukan puluhan virus baru pada kelelawar yang hidup di perkebunan buah di Provinsi Yunnan, China. Dua di antaranya memiliki kemiripan genetik dengan virus mematikan Nipah dan Hendra.Penemuan ini dilakukan oleh tim gabungan dari Yunnan Institute of Endemic Disease Control and Prevention dan Dali University, China, yang dipimpin oleh Guopeng Kuang dan Tian Yang.Peneliti menganalisis genetik mikroorganisme dari 142 kelelawar yang berasal dari 10 spesies berbeda. Hasil penelitiannya, mereka menemukan 20 virus baru, satu bakteri baru, dan satu parasit protozoa baru.Kedua virus yang menjadi perhatian termasuk dalam kelompok henipavirus, yang dikenal memiliki genom panjang dan mampu menginfeksi berbagai jenis inang. Lebih dari separuh gen dari dua virus baru tersebut cocok dengan gen Nipah dan Hendra, dua virus yang terkenal sangat mematikan bagi manusia meskipun kasusnya jarang terjadi.“Virus-virus ini sangat mengkhawatirkan karena ditemukan terutama di ginjal kelelawar, organ yang terkait dengan produksi urin,” kata ahli virologi molekuler dari Monash University Malaysia yang tidak terlibat dalam studi ini, Vinod Balasubramaniam, mengutip ScienceAlert."Ini memicu kekhawatiran tentang kemungkinan penularan ke manusia lewat buah-buahan atau air yang terkontaminasi, jalur yang pernah dikaitkan dengan wabah sebelumnya."Ilustrasi virus Nipah. Foto: Arif biswas/ShutterstockKelelawar ini hidup di kawasan perkebunan buah, meningkatkan potensi risiko kontak dengan spesies lain, termasuk manusia. Jika virus tersebut bisa menular antar-spesies, manusia dan hewan ternak yang berada dekat dengan habitat tersebut bisa menjadi sasaran empuk.Namun di sisi lain, kelelawar juga memainkan peran penting dalam ekosistem perkebunan. Mereka membantu penyerbukan, menyuburkan tanah melalui kotorannya, dan memangsa serangga pengganggu.Meski begitu, para ahli mengingatkan agar tidak langsung menyimpulkan ancaman terhadap manusia, mengingat kelelawar juga berperan penting bagi ekosistem kebun. Sekitar 90 persen kelelawar di China memakan serangga dan menyelamatkan petani apel dari kerugian hingga 2 miliar dolar AS per tahun.“Kita punya contoh lain dari kerabat evolusi dekat virus Hendra dan Nipah yang ternyata tidak menimbulkan kekhawatiran penularan antarspesies. Jadi, masih diperlukan penelitian lanjutan di laboratorium untuk mengetahui seberapa besar risiko sebenarnya dari virus-virus baru ini,” jelas Alison Peel, dokter hewan dan ahli ekologi penyakit satwa liar dari University of Sydney.Penelitian ini telah diterbit di jurnal PLOS Pathogens dan menambah daftar panjang studi yang menunjukkan keanekaragaman hayati kelelawar bisa menjadi sumber penting untuk memahami dan mungkin mencegah potensi wabah penyakit menular di masa depan. Namun yang jelas, keseimbangan antara konservasi dan kewaspadaan kini semakin penting untuk dijaga.