Ilustrasi tes Genomik/ Foto: HalodocJAKARTA - Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah lebih tinggi dari nilai normal, dan sering disebut ‘The Silent Killer’ karena biasanya terjadi tanpa adanya keluhan. Kondisi ini dialami oleh banyak orang, baik yang terdiagnosa maupun tidak.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah memperkirakan bahwa pada tahun 2023, terdapat 1,28 miliar penduduk dunia berusia 30-79 tahun mengalami hipertensi dan hampir 2/3 hidupnya di negara berkembang, termasuk Indonesia.Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 30,8 persen.Angka tersebut memang menurun dibandingkan hasil RISKESDAS 2018, di mana prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 34,1 persen. Namun, angka tersebut masih tetap tinggi dan perlu penanganan yang baik menurut Ketua INASH dr. Eka Harmeiwaty, Sp.N.Menurut dr Eka, sebenarnya masih banyak masyarakat yang tidak terdiagnosa hipertensi, kepatuhan berobat masih rendah, hingga faktor risiko penyebab hipertensi yang belum diwaspadai masyarakat. Salah satunya adalah pengaruh risiko genetik.“Penelitian menunjukkan bahwa 60,1 persen hipertensi berhubungan dengan faktor genetik dan selebihnya berkaitan dengan lingkungan, seperti merokok, kondisi obesitas, dan konsumsi garam yang berlebih,” kata Dokter Eka saat konferensi pers di kawasan Kebayoran Baru, pada Jumat, 21 Februari 2025.Oleh karena itu, Dokter Eka menyebut bahwa tes genomik bisa menjadi salah satu langkah penting untuk mendeteksi hipertensi. Dengan tes ini diharapkan bisa mendeteksi orang-orang dengan risiko hipertensi berdasarkan genetik, sehingga penanganannya bisa dilakukan dengan efektif.“Belakangan ini tes genomik juga semakin populer dalam dunia kesehatan, sebagai salah satu inovasi yang membantu mendeteksi dini penyakit tertentu, termasuk hipertensi,” tuturnya.Genomik merupakan studi yang memperlajari profil gen pada DNA manusia. Tes genomik bisa mengidentifikasi gen spesifik yang berhubungan dengan hipertensi.“Genomik mempelajari tentang fungsi gen, perkembangan, serta respons atau kinerjanya di dalam tubuh yang berefek terhadap kesehatan individu. Tes genomik dapat mengidentifikasi gen spesifik yang berhubungan dengan hipertensi, sehingga memungkinkan untuk melakukan upaya pencegahan dan pengobatan yang bersifat personal,” jelasnya.Selain itu, Dokter Eka juga menegaskan bahwa skrining hipertensi untuk masyarakat perlu semakin digalakkan untuk menemukan kasus hipertensi lebih dini, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang lebih tepat. Pengendalian hipertensi di Indonesia juga butuh dilengkapi dengan penguatan pelayanan primer, perlatihan bagi tenaga kesehatan, sistem pengadaan dan distribusi obat yang dikelola dengan baik, serta mendukung ketersedaan obat sesuai pedoman.Gambar: Yesica Sitinjak/VOI