Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo. Foto: Dok. Pemkot Yogya/Pandangan JogjaWali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, minta perangkat daerah refocusing soal sampah dengan memperjelas peran masing-masing instansi dalam penanganan sampah di Kota Yogyakarta.“Refocusing tidak harus uangnya, bisa juga perhatiannya. Misalnya, anggarannya sedikit, refocusing-nya dari perhatian, fokus terhadap lingkungan,” kata Hasto di acara Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Kota Yogyakarta Tahun 2025 di Halaman SMP N 8 Yogyakarta, Jumat (21/2).Refocusing soal sampah ini contohnya dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) kini tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tetapi juga bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan, termasuk membersihkan sampah dan rumput liar. Sementara itu, Dinas Pendidikan diminta untuk mengubah kebijakan yang sebelumnya mewajibkan siswa membawa pulang sampahnya."Sekolah harus bisa mengelola sampahnya sendiri, sehingga tidak sekadar memindahkan masalah ke rumah," ujar.Pada saat yang sama, Hasto juga mengajak seluruh elemen masyarakat Kota Yogyakarta untuk turut peduli terhadap permasalahan sampah. Sebagai Wali Kota Yogyakarta yang baru dilantik, akan ada rencana gerakan pengelolaan sampah yang lebih sistematis dan berkelanjutan. Ia menargetkan perubahan signifikan dalam 100 hari ke depan, bukan hanya dalam aspek tata kelola sampah, tetapi juga pola pikir dan perilaku masyarakat.Ilustrasi sampah di Depo Mandala Krida pada bulan 21 Juni 2024 lalu. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja"Kita harus menghilangkan fenomena sampah menumpuk di berbagai titik. Sampah yang terlihat adalah fenotip, tetapi akar masalahnya adalah genotip atau perilaku masyarakat yang belum peduli. Mengubah perilaku memang butuh waktu, tetapi dalam 100 hari ini kita bisa mulai dengan mengatasi yang kasat mata," jelasnya.Dalam upaya tersebut, peningkatan kapasitas pengolahan sampah di hilir menjadi fokus utama. Saat ini, sampah yang menumpuk di depo mencapai lebih dari 1.600 ton, sehingga kapasitas pengolahan sampah di hilir harus terus ditambah agar masalah ini bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih cepat."Target minimal kita adalah bisa mengolah 230 ton sampah per hari. Kalau di hilir hanya bisa menyelesaikan 50 ton akan sulit untuk menyelesaikan masalah sampah ini,” kata Hasto.