Hiu Berjalan Jadi Daya Tarik Bagi Wisatawan di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Wait 5 sec.

Ilustrasi Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Foto: Dok. Taman Nasional Teluk CenderawasihBalai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) menyebut spesies hiu berjalan (Emiscyllium Galei) yang ditetapkan sebagai satwa prioritas, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan khususnya pecinta selam. Kepala Balai Besar TNTC, Supartono, mengatakan bahwa hiu berjalan merupakan hewan nocturnal yang aktif melakukan pergerakan saat malam hari. Meski belum sepopuler hiu paus, namun hiu berjalan mampu menarik perhatian wisatawan yang menyukai kegiatan selam malam hari di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih."Hiu berjalan sebagai salah satu spesies endemik berpotensi menambah waktu kunjungan wisatawan pecinta selam," kata Supartono seperti dikutip dari Antara pada Minggu (23/2).Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih Supartono saat ditemui awak media di Manokwari, Papua Barat, Sabtu (22/2/2025). Foto: Fransiskus Salu Weking/ANTARASupartono menambahkan, penetapan status pengelolaan hiu berjalan diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sepanjang pesisir kawasan Teluk Cenderawasih.Balai Besar TNTC terus mengedukasi masyarakat agar turut berperan aktif dalam menjaga kelestarian ekosistem demi keberlangsungan hidup satwa yang masuk dalam kategori pengelolaan prioritas."Sejauh ini hiu berjalan bukan sebagai target penangkapan para nelayan dan justru memiliki potensi ekowisata dan kegiatan penelitian," ujarnya.Selain itu, ujarnya, penetapan status pengelolaan yang meningkat menjadi satwa prioritas diharapkan dapat mendukung visi misi Balai Besar TNTC sebagai pusat riset hiu di wilayah timur Indonesia.Populasi Hiu BerjalanIlustrasi Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Foto: Dok. Taman Nasional Teluk CenderawasihMeski demikian, pihaknya tetap mengantisipasi potensi ancaman yang dihadapi hiu berjalan yaitu aktivitas antropogenik seperti penangkapan yang tidak ramah lingkungan.Kemudian, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir mengakibatkan degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan pemutihan terumbu karang yang mengancam populasi hiu berjalan."Pemanfaatan lain yang dilakukan oleh masyarakat setempat selama ini masih bersifat tradisional dan tidak menyentuh ranah komersil," ujarnya.Supartono menyebut kurang lebih ada sembilan jenis hiu berjalan, dan enam jenisnya tersebar di wilayah perairan Papua, Halmahera dan Kepulauan Aru dengan empat jenis berstatus endemik.Meliputi, Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium Halmahera), Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium Freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cenderawasih (Hemiscyllium Galei), dan Hiu Berjalan Teluk Triton (Hemiscyllium Henryi)."Hiu berjalan memiliki nama umum Teluk Cenderawasih Epaulette Shark, dan nama lokal gurano makumberepi," ucap Supartono.