Locita Waranggani Olah Nismara, pemain MilkLife Soccer Challenge Surabaya, dan keluarganya. Foto: Aji Nugrahanto/kumparanBOLANITALocita Waranggani, pesepak bola wanita cilik asal Surabaya, sudah mengoleksi banyak penghargaan di usianya yang baru sembilan tahun.Di MilkLife Soccer Challenge, turnamen gelaran Djarum Foundation dan MilkLife, ia dinobatkan sebagai Top Scorer tiga kali berturut-turut. Yang terbaru, Locita sukses membawa sekolahnya, SDN Pacarkeling V/186, menjuarai U-10 MilkLife Soccer Challenge Surabaya 2025.Tak berhenti sampai di situ, Locita juga masuk dalam 24 pemain terbaik di MilkLife Soccer Challenge All-Stars yang akan terbang ke Singapura untuk mengikuti turnamen Junior Soccer School and League (JSSL) pada 17-20 April. Ia juga sempat tergabung di tim BLiSPI U-12 dan mengikuti turnamen Universal Youth Cup di China.Punya anak dengan potensi setinggi Locita tentu jadi kebanggaan tersendiri. Bayangkan, belum genap satu dekade usia, tapi koleksi pialanya sudah berjejer.Aksi Locita Waranggani Olah Nismara punggawa tim KU 10 SDN Pacarkeling V-186 A di laga pamungkas MilkLife Soccer Challenge - Surabaya Series 2 2024. Foto: Dok. MilkLife Soccer ChallengeLalu, bagaimana sikap orang tua Locita melihat pencapaian ini? Bagaimana ia memastikan sang anak tak mengalami star syndrome karena sering menjadi juara di usia muda?“Enggak, sih. Kalau untuk sombong, insya Allah kami selalu mengingatkan dia. Locita malah tambah senang, karena semakin banyak teman,” kata Mela kepada kumparanBOLANITA di Stadion Bogowonto, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (23/2).“Waktu kemarin pulang dari Kudus (MilkLife Soccer Challenge All-Stars) sampai sekarang, setiap hari Locita video call sama teman-temannya yang dari luar Surabaya. Rutin banget. Jadi dia senang banget, ‘Aku senang, Bunda, punya teman banyak.’ Ya, tapi nggak boleh sombong, ya. Kamu harus tetap latihan,” sambungnya.Agar anaknya tetap rendah hati, Mela selalu menanamkan prinsip sederhana: boleh bangga, tapi jangan lupa bahwa masih banyak yang lebih hebat di luar sana.“Harus tetap rajin latihan dan nggak boleh sombong. Harus mau juga berbagi sama teman. Ketika kamu disapa untuk minta foto dan tanda tangan, ya harus meladeni,” ujar Mela menirukan ucapan yang ia lontarkan kepada Locita.Sebagai orang tua, Mela dan suaminya tentu bangga dengan prestasi Locita. Namun, mereka juga terus memotivasi sang anak agar tidak cepat puas.“Alhamdulillah, kami bersyukur dia bisa punya bakat. Bisa dibilang, kemampuannya lebih di umurnya dia. Kami dari awal memang memotivasi, ‘Kalau memang kamu serius, ya kamu harus latihan,’” kata Mela.Di balik pencapaian Locita, ada perjuangan yang tak mudah. Saat pertama kali bergabung dengan sekolah sepak bola (SSB) yang mayoritas diisi anak laki-laki, ia sempat diremehkan.“Seringnya diremehkan, katanya: ‘Kamu cewek, ngapain, sih, ikut? Kamu bisa apa?’ Nah, itu kita motivasi, ‘Kamu harus bisa menunjukkan kalau kamu punya kemampuan. Dengan cara apa? Kamu harus berlatih,’” ujar Mela.Locita Waranggani, pemain MilkLife Soccer Challenge Surabaya Series 2 2024. Foto: Antika Fahira/kumparanMeski saat ini sepak bola menjadi bagian besar dari hidup Locita, Mela menegaskan bahwa ia akan tetap mendukung apapun pilihan anaknya di masa depan.“Kalau nanti misalnya ketika pilihan dia beralih dari sepak bola, selama itu positif, ya pasti akan kami dukung,” kata Mela.“Ya, mungkin ada sedikit kecewa, ya. Tapi kalau misalnya kita pun memaksa, kan nggak baik. Karena anak-anak muda sekarang beda sama anak-anak zaman dulu. Zaman dulu sama orang tua ini, ya kamu harus mau. Tapi kalau sekarang, nggak bisa,” tutupnya.