Sekjen PBB Kutuk Peningkatan Kekerasan Israel di Tepi Barat

Wait 5 sec.

Ilustrasi operasi militer Israel di Tepi Barat. (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit)JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Hari Senin mengutuk meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel, serta seruan aneksasi menyusul pengumuman perluasan operasi militer Israel di Tepi Barat, Palestina.Komentar Sekjen PBB muncul setelah Israel pada Hari Minggu mengatakan pasukannya akan tetap berada selama berbulan-bulan di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki.Di sisi lain, puluhan ribu warga Palestina yang tinggal di sana telah mengungsi akibat operasi militer yang semakin intensif."Saya sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki oleh pemukim Israel dan pelanggaran lainnya, serta seruan untuk aneksasi," kata Sekjen Guterres kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Swiss melansir Daily Sabah 24 Februari.Militer memulai serangan besar-besaran terhadap kelompok perlawanan Palestina di utara Tepi Barat sebulan yang lalu, dua hari setelah gencatan senjata diberlakukan di Jalur Gaza pada 19 Januari, wilayah kantong Palestina.Serangan di Tepi Barat secara bertahap meluas, mencakup beberapa kamp pengungsi di dekat Kota Jenin, Tulkarem dan Tubas.Pada Hari Minggu, militer Israel juga mengumumkan pengerahan tank di Jenin, tempat mereka "memperluas" operasi.Ini menandai pertama kalinya tank beroperasi di Tepi Barat sejak berakhirnya intifada Palestina kedua, atau pemberontakan, pada tahun 2005.Kekerasan di Kawasan Tepi Barat melonjak sejak dimulainya perang Gaza, yang pecah setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.Pada Hari Senin, Sekjen Guterres juga menekankan pentingnya gencatan senjata yang rapuh yang berlaku di Gaza sejak 19 Januari."Kita menyaksikan gencatan senjata yang genting. Kita harus menghindari dengan segala cara dimulainya kembali permusuhan. Orang-orang di Gaza sudah terlalu menderita," jelas Sekjen PBB."Sudah waktunya untuk gencatan senjata permanen, pembebasan bermartabat semua sandera yang tersisa, kemajuan yang tidak dapat diubah menuju solusi dua negara, diakhirinya pendudukan, dan pembentukan negara Palestina yang merdeka, dengan Gaza sebagai bagian integral," katanya.