X setelah 8 bulan Elon Musk menjabat: ujaran kebencian meningkat hebat

Wait 5 sec.

Kemarrravv13/ShutterstockUjaran kebencian di X (sebelumnya Twitter) secara konsisten naik 50% selama delapan bulan sang miliarder teknologi Elon Musk mengambil alih media sosial tersebut, berdasarkan temuan riset terbaru.Riset tersebut memantau angka ujaran kebencian eksplisit, termasuk berbagai macam kata-kata hinaan bernada rasial, homofobik, dan transfobik.Riset yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE tersebut dijalankan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Daniel Hickney dari University of California, Berkeley.Penelitian Hickney dan tim secara gamblang memaparkan bahwa X yang awalnya diciptakan untuk mengeratkan hubungan pertemanan dan keluarga, tapi telah berubah menjadi tempat di mana ujaran kebencian tumbuh subur. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan mengingat ujaran kebencian di dunia maya memiliki terkait dengan tindakan kejahatan bermotif kebencian di ranah luring.Janji yang tak kunjung terpenuhiPada 27 Oktober 2022, Musk membeli X seharga US$44 miliar*setara Rp?* sekaligus menjadi CEO platform media sosial tersebut. Akuisisi ini diiringi janji untuk mereduksi ujaran kebencian dan memberantas bot serta akun palsu.Setelah membeli X, Musk justru membuat perubahan dengan melonggarkan moderasi konten. Contohnya pada November 2022, ia memecat sebagian tenaga kerja penuh waktu. Ia juga memberhentikan tenaga alih daya (outsourcing) moderator konten yang melacak penyalahgunaan platform. Padahal, riset menunjukkan bahwa platform media sosial dengan moderasi ketat memiliki ujaran kebencian yang lebih rendah.Di bulan selanjutnya, Musk juga membubarkan Dewan Kepercayaan dan Keamanan platform tersebut – sebuah grup penasihat sukarelawan berisi aktivis hak asasi manusia dan akademisi yang dibentuk pada 2016. Dewan ini dibentuk untuk memberantas ujaran kebencian dan masalah lainnya di X.Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa setelah Musk berkuasa, ujaran kebencian di X sontak melonjak. Jumlah berbagai bot juga bertambah banyak. Penelitian baru ini merupakan penelitian pertama yang menyimpulkan bahwa fenomena tersebut bukanlah sebuah kebetulan. Ujaran kebencian termasuk hinaan homofobik, rasial, dan transfobik meningkat signifikan di X setelah Elon Musk membeli platform tersebut. Garis hitam menunjukkan angka kesalahan baku. Hickey et al., 2025 / PLOS One Lebih dari 4 juta unggahanPenelitian ini menyisir 4,7 juta unggahan berbahasa Inggris di X dari awal 2022 hingga 9 Juni 2023. Periode ini termasuk sepuluh bulan sebelum Musk membeli X dan delapan bulan setelahnya.Penelitian ini menelaah ujaran kebencian eksplisit, yang memang secara gamblang bertujuan menyerang grup beridentitas tertentu atau memakai bahasa yang menyakitkan. Ujaran kebencian yang terhitung implisit seperti bahasa sandi yang digunakan beberapa kelompok ekstremis untuk menebar kebencian (meski mereka tak mengakuinya), tidak diperhitungkan.Tak hanya memperhitungkan jumlah ujaran kebencian di X, penelitian ini juga mengukur keterlibatan pengguna dengan material tersebut melalui like.Sayangnya, akses peneliti terhadap data X direnggut perubahan kebijakan di platform tersebut. Akses data gratis untuk peneliti terpilih tergantikan oleh skema berbayar yang biayanya secara umum tak terjangkau. Perubahan ini menghambat proses pengambilan unggahan sampel, meski peneliti tak menjelaskan bagaimana perubahan tersebut memengaruhi temuan mereka.Kebencian naik signifikanPenelitian Hickney dan tim menemukan “peningkatan nyata” dalam jumlah rata-rata unggahan yang mengandung ujaran kebencian setelah Musk menguasai X. Secara spesifik, volume unggahan yang mengandung ujaran kebencian “secara konsisten” meningkat 50% setelah akuisisi Musk dibandingkan dengan era sebelumnya. Secara rata-rata unggahan tersebut naik dari 2.179 menjadi 3.246 unggahan setiap minggunya.Hinaan bernada transfobik melonjak paling signifikan. Dari rata-rata 115 unggahan per pekan pada saat sebelum Musk berkuasa menjadi rata-rata 418 unggahan.Tingkat keterlibatan pengguna dengan konten yang mengandung ujaran kebencian juga meningkat di era Musk menjabat. Buktinya, frekuensi konten ujaran kebencian yang disukai oleh pengguna melejit sebesar 70%.Para peneliti menjelaskan temuan tersebut kemungkinan terjadi karena ujaran kebencian memang tidak dihapus, pengguna penuh kebencian jadi lebih aktif. Ini bisa juga terjadi karena algoritma platform secara tak sengaja mempromosikan ujaran kebencian ke orang yang menikmati konten sejenis, ataupun kombinasi dari ketiga dugaan tersebut.Penelitian ini juga mencatat bahwa tidak ada penurunan aktivitas dari akun-akun palsu di X. Justru terdapat “peluang peningkatan” di angka akun bot, sebagian karena melambungnya unggahan promosi mata uang kripto, yang memang biasanya diunggah oleh bot. Penyelaman esensial berbasis dataTerdapat beberapa batasan dalam penelitian ini. Salah satunya adalah pengukuran ujaran kebencian hanya mencakup posting berbahasa Inggris. Jumlahnya cuma sekitar 31% dari total unggahan di X.Meski begitu, penelitian ini berhasil menyelami kondisi X dengan basis data. Riset ini berhasil mengonfirmasi bahwa X menjadi ladang subur tumbuhnya ujaran kebencian. Terbukti pula bahwa Musk gagal menepati janjinya membasmi ujaran kebencian dan aktivitas bot.Seperti yang Musk ungkapkan dalam kehadirannya di Gedung Putih di awal Februari: “Beberapa hal yang saya katakan bisa salah dan perlu dikoreksi.”Kezia Kevina Harmoko berkontribusi dalam penerjemahan artikel ini.Michael Jensen menerima dana dari Australian Research Council, Bayer, dan Australian Department of Defence Science and Technology Group.