Laporan NTT DATA: Regulasi dan SDM Jadi Penghambat Implementasi AI

Wait 5 sec.

Ilustrasi teknologi AI (foto: East Ventures) JAKARTA - Laporan terbaru dari NTT Data yang bertajuk “Tanggung Jawab AI: Mengapa Kepemimpinan adalah Kunci yang Hilang” mengungkapkan dunia bisnis masih menghadapi kesenjangan besar dalam tanggung jawab penggunaan kecerdasan buatan (AI). Laporan ini menemukan bahwa sepertiga eksekutif percaya tanggung jawab lebih penting daripada inovasi, sepertiga lainnya memprioritaskan inovasi di atas keselamatan, dan sisanya menilai keduanya sama penting. Selain itu, 80 persen dari 2.300 pemimpin dari organisasi di 34 negara  yang disurvei mengungkapkan bahwa regulasi pemerintah yang tidak jelas menjadi hambatan utama dalam investasi dan implementasi AI. Akibatnya, banyak organisasi menunda adopsi AI. Kekhawatiran terhadap keamanan dan etika dalam penggunaan AI juga semakin meningkat. Meskipun 89 persen pemimpin C-suite mengakui khawatir terhadap risiko keamanan AI, hanya 24 persen chief information security officer (CISO) yang merasa organisasi mereka memiliki kerangka kerja yang memadai untuk mitigasi risiko dan penciptaan nilai dari AI.Tantangan tidak hanya berhenti pada regulasi dan keamanan, tetapi juga menyentuh kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi era AI. Laporan ini melihat ada sebanyak 67 persen eksekutif menyatakan karyawan mereka belum memiliki keterampilan yang cukup untuk bekerja secara efektif dengan AI. Lebih mengkhawatirkan lagi, 72 persen pemimpin mengakui organisasi mereka tidak memiliki kebijakan AI yang jelas untuk membimbing penggunaan teknologi ini secara bertanggung jawab.“Jalur AI sudah jelas. Namun tanpa kepemimpinan yang tegas, kita berisiko menghadapi masa depan di mana inovasi melebihi tanggung jawab, menciptakan celah keamanan, titik buta etika, dan peluang yang terlewat,” tegas Abhijit Dubey, CEO NTT DATA, Inc.