Musik, Kritik Sosial, dan Kontroversi: Dari Tupac hingga Sukatani

Wait 5 sec.

Foto Karya Luthfiah VOIJAKARTA - Musik telah lama menjadi alat bagi para musisi untuk menyuarakan kritik terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Genre seperti rap, reggae, punk dan rock alternatif dikenal memiliki semangat pemberontakan dan sering menjadi medium protes.Musik sebagai Sarana PerlawananRap lahir dari komunitas Afrika-Amerika di Bronx, New York, pada 1970-an. Lirik-liriknya berbicara tentang ketidakadilan, kemiskinan, dan diskriminasi rasial. Salah satu ikon rap, Tupac Shakur, menyampaikan kritik sosial melalui lagu-lagu seperti Changes dan Keep Ya Head Up, yang mengangkat isu rasisme dan ketidaksetaraan ekonomi.Reggae berkembang di Jamaika pada 1960-an, dengan Bob Marley sebagai salah satu pelopornya. Melalui lagu seperti Redemption Song dan Get Up, Stand Up, Marley menyerukan perdamaian, persatuan, dan perlawanan terhadap penindasan, menjadikannya simbol gerakan hak asasi manusia dan anti-kolonialisme.Ilustrasi Foto Kebebasan Berekspresi yang Terbatas (Ilustrasi) Di era 1990-an, rock alternatif juga menjadi wadah kritik sosial. Kurt Cobain, vokalis Nirvana, mengekspresikan keresahannya terhadap tekanan sosial, budaya konsumtif, dan kesehatan mental dalam lagu-lagu seperti Smells Like Teen Spirit, yang kemudian menjadi simbol perlawanan generasi muda.Sementara itu, gerakan punk muncul pada pertengahan 1970-an sebagai reaksi terhadap dominasi musik rock yang semakin kompleks dan arus utama yang dianggap membosankan. Punk berkembang di beberapa kota besar seperti New York, London, dan Los Angeles, dengan ciri khas musik yang cepat, agresif, serta lirik yang penuh kemarahan dan kritik sosial.Selain musik, punk juga berkembang menjadi gaya hidup dan filosofi. Beberapa nilai utama dalam subkultur ini adalah:Do It Yourself (DIY): Mengutamakan kemandirian dalam bermusik, merilis album, hingga membuat fanzine sendiri.Antikemapanan: Melawan otoritas dan norma sosial yang dianggap menindas.Gaya Berpakaian: Rambut mohawk, jaket kulit, celana robek, dan aksesori mencolok menjadi identitas khas punk.Pada 1980-an, punk berkembang menjadi berbagai subgenre seperti hardcore punk (Black Flag, Minor Threat), pop punk (Green Day, Blink-182), dan anarcho-punk (Crass, Dead Kennedys). Hingga kini, punk tetap hidup sebagai gerakan budaya dan musik yang menolak kompromi dengan industri hiburan arus utama.Punk bukan sekadar genre musik, tetapi juga simbol perlawanan dan kebebasan berekspresi. Meski berasal dari genre yang berbeda, para musisi ini memiliki kesamaan: mereka menggunakan musik sebagai suara perlawanan dan tetap relevan hingga kini.Tragedi di Balik Musik ProtesBeberapa musisi yang lantang bersuara menghadapi kritik tajam sepanjang karier mereka, bahkan mengalami kematian tragis.John Lennon (Imagine, Hey Jude). Pernyataannya yang kontroversial, termasuk klaim bahwa The Beatles "lebih populer dari Yesus," menuai kecaman. Ia tewas ditembak penggemarnya, Mark David Chapman, pada 8 Desember 1980.Kurt Cobain (Smells Like Teen Spirit, Come as You Are). Musik Nirvana sering dikritik karena liriknya yang depresif. Cobain ditemukan tewas dengan luka tembak di kepalanya pada 5 April 1994, diduga bunuh diri.Tupac Shakur (Changes, California Love). Liriknya yang menyoroti kekerasan, rasisme, dan ketidakadilan membuatnya sering mendapat kecaman. Ia ditembak dalam insiden drive-by di Las Vegas pada 7 September 1996 dan meninggal enam hari kemudian.Selena Quintanilla (Como La Flor, Bidi Bidi Bom Bom). Kariernya sempat dikritik karena transisinya ke musik pop dari Tejano. Ia ditembak oleh manajer fan club-nya, Yolanda Saldívar, pada 31 Maret 1995. Meski telah tiada, karya mereka terus berpengaruh di dunia musik hingga kini.Sukatani dan Kontroversi di IndonesiaDi Indonesia, grup punk Sukatani tengah menjadi sorotan. Duo ini terdiri dari Novi Citra Indriyati alias Twister Angel dan Muhammad Syifa Al Lutfi alias Alectroguy. Mereka dikenal dengan penampilan unik—mengenakan penutup kepala.Lirik lagu mereka, khususnya Bayar Bayar Bayar, membuat telinga beberapa anggota Polri di Polda Jateng memerah. Lagu tersebut menyindir praktik pungutan liar oleh oknum polisi, dengan lirik seperti, "Lapor barang hilang bayar polisi."Akibatnya, Sukatani mendapat tekanan. Twister Angel dan Alectroguy bahkan muncul di media sosial untuk meminta maaf kepada Kapolri dan institusi kepolisian. Namun, alih-alih meredam mereka, Kapolri Jenderal Sigit Listyo Prabowo justru menawarkan mereka menjadi Duta Polri.Punk: Musik Perlawanan yang Tak PadamSejak muncul pada 1970-an, punk memang dikenal dengan lirik yang tajam, penuh kritik sosial, dan perlawanan terhadap otoritas. Band-band luar seperti The Clash, Dead Kennedys, dan Sex Pistols kerap menyuarakan isu kemiskinan, korupsi, hingga kebebasan individu melalui musik mereka.Punk juga berkembang ke berbagai subgenre, seperti anarcho-punk yang lebih politis dan hardcore punk yang lebih agresif. Tak hanya dalam lirik, semangat Do It Yourself juga menjadi ciri khas punk, di mana musisi dan penggemarnya bergerak secara mandiri dalam menciptakan musik, merilis album, hingga mengorganisir konser tanpa bergantung pada industri musik mainstream.Sukatani hanyalah satu dari sekian banyak musisi yang membuktikan bahwa musik tetap menjadi medium kuat untuk menyuarakan keresahan sosial—meski konsekuensinya tak selalu ringan.