Ilustrasi (Pexels/Andrea Piacquadio)JAKARTA - Tidak semua orang merasa nyaman dan menyenangkan ketika bercinta, salah satunya adalah perempuan dengan vaginismus. Vaginismus merupakan kondisi medis yang menyebabkan otot-otot di sekitar vagina berkontraksi secara refleks, sehingga sulit atau bahkan tidak memungkinkan untuk penetrasi. Berikut beberapa hal yang patut diketahui tentang vaginismus.1. Gejala yang dialamiKontraksi otot akibat vaginismus akan dirasakan ketika sesuatu, baik penis, jari, atau tampon, mencoba masuk ke dalam vagina. Ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman, perasaan menyakitkan yang dialami saat bercinta, hingga ketidakmampuan untuk berhubungan seksual, dilansir dari Cleveland Clinic, pada Jumat, 21 Februari 2025.Gejala vaginismus dapat muncul ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya. Gejalanya juga bisa muncul saat perempuan ingin menggunakan tampon atau melakukan pemeriksaan panggul di penyedia layanan kesehatan.2. Faktor penyebabTerkait penyebab vaginismus tidak ada faktor yang pasti. Kondisi ini bisa disebabkan oleh masalah fisik, psikologis, dan seksual. Infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi jamur juga dapat menjadi penyebab nyeri vaginismus.Faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi menjadi penyebab vaginismus adalah gangguan kecemasan, cedera persalinan seperti robekan vagina. Ketakuan akan seks atau perasaan negatif tentang seks, mungkin karena pelecehan seksual atau trauma masa lalu juga bisa menjadi penyebab vaginismus.3. Pengobatan vaginismusPengobatan vaginismus berfokus pada pengurangan refleks otot yang menyebabkan ketegangan di vagina. Pengobatan juga dilakukan dengan mengatasi kecemasan atau ketakutan yang berkontribusi terhadap vaginismus.Beberapa di antaranya adalah terapi topikal atau pemberian krim yang dapat membantu mengatasi rasa sakit, dan terapi fisik dasar panggul atau proses pengenduran otot dasar panggul untuk mengurangi kontraksi yang menyebabkan rasa sakit.Kemudian ada terapi dilator vagina, yang bertujuan untuk meregangkan vagina agar lebih nyaman dan kurang sensitif saat terjadi penetrasi. Terapi perilaku kognitif juga diperlukan untuk pengolahan emosi, kecemasan, dan trauma, hingga terapi seks baik perempuan sendiri atau bersama pasangannya untuk lebih mengenal dan menemukan kesenangan dalam hubungan seksual bersama.