Pesona Hiu Berjalan, Balai Besar TNTC Ungkap Daya Tariknya bagi Wisatawan

Wait 5 sec.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih Supartono saat ditemui awak media di Manokwari, Papua Barat, Sabtu (22/2/2025). (Dok. ANTARA)MANOKWARI - Spesies hiu berjalan (Emiscyllium galei) yang ditetapkan sebagai satwa prioritas, memiliki daya tarik bagi wisatawan pecinta selam. Hal ini diungkap Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC).Kepala Balai Besar TNTC Supartono di Manokwari, Papua Barat, Sabtu, mengatakan hiu berjalan merupakan hewan nocturnal yang aktif melakukan pergerakan saat malam hari.Meski belum sepopuler hiu paus, namun hiu berjalan mampu menarik perhatian wisatawan yang menyukai kegiatan selam malam hari di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih."Hiu berjalan sebagai salah satu spesies endemik berpotensi menambah waktu kunjungan wisatawan pecinta selam," kata Supartono, dikutip dari ANTARA, Sabtu, 22 Februari.Dalam jangka panjang, kata dia, penetapan status pengelolaan hiu berjalan diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sepanjang pesisir kawasan Teluk Cendrawasih.Balai Besar TNTC terus mengedukasi masyarakat agar turut berperan aktif dalam menjaga kelestarian ekosistem demi keberlangsungan hidup satwa yang masuk dalam kategori pengelolaan prioritas."Sejauh ini hiu berjalan bukan sebagai target penangkapan para nelayan dan justru memiliki potensi ekowisata dan kegiatan penelitian.Selain itu, ujarnya, penetapan status pengelolaan yang meningkat menjadi satwa prioritas diharapkan dapat mendukung visi misi Balai Besar TNTC sebagai pusat riset hiu di wilayah timur Indonesia.Meski demikian, pihaknya tetap mengantisipasi potensi ancaman yang dihadapi hiu berjalan yaitu aktivitas antropogenik seperti penangkapan yang tidak ramah lingkungan.Kemudian, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir mengakibatkan degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan pemutihan terumbu karang yang mengancam populasi hiu berjalan."Pemanfaatan lain yang dilakukan oleh masyarakat setempat selama ini masih bersifat tradisional dan tidak menyentuh ranah komersil," ujarnya.Supartono menyebut kurang lebih ada sembilan jenis hiu berjalan, dan enam jenisnya tersebar di wilayah perairan Papua, Halmahera dan Kepulauan Aru dengan empat jenis berstatus endemik.Meliputi, Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium Halmahera), Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium Freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cenderawasih (Hemiscyllium Galei), dan Hiu Berjalan Teluk Triton (Hemiscyllium Henryi)."Hiu berjalan memiliki nama umum Teluk Cenderawasih Epaulette Shark, dan nama lokal gurano makumberepi," ucap Supartono.