Mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan sampai di Balai Kota, Jakarta menghadiri penyambutan Gubernur Jakarta Pramono Anung pada Kamis (20/2/2025). Foto: Abid Raihan/kumparanAnies Baswedan angkat bicara mengenai fenomena #kaburajadulu yang sedang viral di media sosial. Dalam pandangan Anies jumlah orang Indonesia yang berkiprah di luar negeri masih amat kurang.#kaburajadulu adalah gerakan yang mendorong WNI khususnya kaum muda untuk pergi dari Indonesia dan mencari pekerjaan di luar negeri. Itu disebabkan kondisi politik sampai sulitnya mencari kerja di tanah air.Dalam pandangan eks Gubernur DKI Jakarta itu, Indonesia adalah bangsa yang besar tapi kiprah anak bangsa belum banyak dibicarakan di kancah internasional.Anies kemudian memberi contoh soal kuliner Indonesia belum banyak dikenal dunia, kalah dengan negara-negara tetangga di Asia. "Lihatlah restoran Vietnam, Thailand, dan Jepang yang tersebar di berbagai kota dunia. Nama mereka menempel di setiap sudut, menghadirkan rasa, memperkenalkan budaya. Lalu, bagaimana dengan kehadiran restoran Indonesia? Apakah sudah dirasakan seperti kehadiran mereka?" dalam unggahan Anies di akun X resminya pada Sabtu (22/3)."Mengapa citarasa nusantara belum mendominasi lorong-lorong kuliner global? Kita butuh lebih banyak restoran Indonesia di luar. Warung Tegal di Eropa, soto & sate di Afrika, rendang di Amerika Selatan. Kita punya kekayaan rasa, perlu lebih agresif mengenalkannya pada dunia," sambung dia.Bukan hanya kuliner, kata Anies, masih sedikit orang Indonesia yang punya posisi strategis di perusahaan dunia. Dia lalu membandingkan dengan orang India yang mengisi posisi top hingga CEO perusahaan-perusahaan besar dunia."Bukan hanya di bisnis, tapi juga di panggung dunia. Kita butuh lebih banyak orang Indonesia di lembaga internasional—UN, WB, ICC, ICRC, dan lain-lain. Juga lebih banyak ilmuwan kita di CERN, seniman kita di Broadway, musisi kita di London Philharmonic, sineas kita di Hollywood," papar Anies."Kita butuh lebih banyak diaspora yang membawa nama Indonesia ke setiap penjuru dunia, mengharumkan bangsa lewat karya & kontribusi mereka. Keberadaan mereka bukan kehilangan bagi Indonesia, tapi justru memperkuat posisi kita di dunia. Tak perlu ragukan nasionalisme mereka," tegas dia.Berikut tanggapan lengkap Anies mengenai fenomena #kaburajadulu:Selamat pagi dr Qatar. Siang ini akan diskusi dgn teman2 diaspora. Jadi ingin bicara lagi ttg #KaburAjaDulu di sini boleh ya? Inilah argumen yg ingin saya ajukan: Jumlah org Indonesia yg berkiprah di luar negeri masih amat kurang, kita butuh lebih banyak. Jadi begini...(01/12)Indonesia adalah bangsa yg besar, secara literal. Jumlah kita ratusan juta, tanah luas, budaya kaya. Tapi di peta dunia, kehadiran kita masih bisa jauh lebih ditingkatkan. Nama Indonesia belum cukup sering disebut, kiprah anak bangsa belum cukup banyak dibicarakan.(02/12) Lihatlah restoran Vietnam, Thailand, dan Jepang yg tersebar di berbagai kota dunia. Nama mereka menempel di setiap sudut, menghadirkan rasa, memperkenalkan budaya. Lalu, bagaimana dgn kehadiran restoran Indonesia? Apakah sudah dirasakan seperti kehadiran mereka?(03/12) Mengapa cita rasa nusantara belum mendominasi lorong2 kuliner global? Kita butuh lebih banyak restoran Indonesia di luar. Warung Tegal di Eropa, soto & sate di Afrika, rendang di Amerika Selatan. Kita punya kekayaan rasa, perlu lebih agresif mengenalkannya pd dunia.(04/12) Lalu, lihatlah perusahaan besar dunia. Orang India dan Amerika ada di mana2—CEO, pemimpin, inovator. Mereka tak hanya di perusahaan AS & Eropa, tapi juga di perusahaan besar banyak negara. Kita butuh lebih banyak orang Indonesia yg berperan strategis di perusahaan dunia.(05/12) Bukan hanya di bisnis, tapi juga di panggung dunia. Kita butuh lebih banyak orang Indonesia di lembaga internasional—UN, WB, ICC, ICRC, dll.. Juga lebih banyak ilmuwan kita di CERN, seniman kita di Broadway, musisi kita di London Philharmonic, sineas kita di Hollywood.(06/12) Dunia harus lebih mengenal Indonesia, bukan hanya sebagai negara, tapi sebagai kumpulan talenta yg bersinar di berbagai bidang. Saatnya anak bangsa berkiprah lebih luas, menjadi bagian dari perubahan global, ikut menentukan arah dan tujuan.(07/12) Dan ini bukan soal harus langsung mengisi posisi puncak, pun soal jadi first class citizen. Merintis dari bawah pun mulia. Meniti karier, membuka jalan bagi yg lain, memperbesar jejak Indonesia. Itu jg bagian dari misi besar membangun nama Indonesia di panggung global.(08/12) Tentu saja, kita harus mengelola fenomena brain drain. Perlu lebih banyak kesempatan kerja yg layak bagi talenta terbaik di dalam negeri. Tapi faktanya, kehadiran Indonesia di dunia pun masih kurang terasa. Keduanya bisa kita kejar secara paralel.(09/12) Kita butuh lebih banyak diaspora yg membawa nama Indonesia ke setiap penjuru dunia, mengharumkan bangsa lewat karya & kontribusi mereka. Keberadaan mereka bukan kehilangan bagi Indonesia, tapi justru memperkuat posisi kita di dunia. Tak perlu ragukan nasionalisme mereka.(10/12) Mereka yg hari ini bekerja di perusahaan global, berkarya di panggung dunia, berjuang di laboratorium internasional, meniti dari bawah, ingat: Mereka bukan meninggalkan Indonesia, tapi mereka justru membawa serta dan menghadirkan Indonesia ke hadapan dunia.(11/12) Mereka adalah duta bangsa yg diangkat bukan lewat surat keputusan, tapi lewat dedikasi & kerja keras. Kita butuh lebih banyak anak bangsa yg berani melangkah, menjadi wajah Indonesia, memperkuat soft power kita di berbagai belahan bumi.(12/12) Karena bangsa yg besar bukan hanya besar di dalam negerinya, tapi jg kehadirannya dirasakan di dunia. Bangsa yg jadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu memesona di negeri orang. Saatnya membentangkan sayap dan menggaunglantangkan kehadiran Indonesia di dunia.(End) Terima kasih sudah membaca. Berikutnya ingin lanjut beropini sedikit, masih terkait #KaburAjaDulu, yaitu ttg diaspora dgn crab mentality. :) Tapi kita sambung besok saja ya. Selamat berakhir pekan!