Eksklusif Nadya Arina (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI)JAKARTA - Aktris Nadya Arina membagikan pengalaman mendalamnya saat memerankan karakter Marni dalam film Sah! Katanya. Dalam film yang mengangkat tema keluarga dan budaya Jawa ini, Nadya mengaku banyak belajar serta mengalami perjalanan emosional yang berkesan.“(Memerankan peran sebagai anak bungsu) Yang pasti banyak ngobrol sama teman-temanku yang anak bungsu juga, karena secara karakter, born and raised anak bungsu itu beda lah, gitu. Terus balik lagi dengan Marni yang lahir dari keluarga Jawa, itu juga sangat mempengaruhi gitu loh,” ungkap Nadya saat ditemui di kantor VOI, belum lama ini.Nadya menjelaskan bahwa latar belakang Marni sebagai anak bungsu dari keluarga Jawa yang tinggal di daerah, serta pekerjaannya di koperasi, menjadi fondasi kuat bagi pembentukan karakter tersebut.Eksklusif Nadya Arina (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) “Anak bungsu dari keluarga Jawa yang masih tinggal di sana, dengan pendidikan dan pekerjaan dia yang pada saat itu dia kerja di koperasi, itu juga sangat mempengaruhi karakter, aksi-reaksi Marni. Dan untungnya kita juga ada reading juga yang selalu ditemani sama director kita, Mas Loeloe Hendra. Dia juga sangat membantu, kebetulan dia tinggal di Jogja, jadi dia juga sangat bantu juga seperti apa sih kehidupan di sana, gitu sih,” jelasnya.Film Sah! Katanya menjadi film keluarga pertama bagi Nadya. Ia menilai film ini berbeda dari proyek-proyek sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada tema persahabatan atau percintaan. Lalu, baginya ini lebih dari sekadar genre, menurut Nadya, kekuatan skrip film ini membuatnya terhubung secara emosional sejak awal membaca naskah.“Yang berbeda mungkin, ini film keluarga pertama aku sih ya. Mungkin sebelumnya ada film persahabatan, ada film tentang percintaan, segala macam, tapi mungkin ini tentang keluarga, ini lebih tentang keluarga. Mungkin kalau misalnya memang latarnya Jawa, udah ada beberapa kali, tapi juga Jawa sendiri kan banyak beda-beda, ada Jawa Timur, jadi Jawa Tengah, kebetulan ini Jawa Tengah,” ujar Nadya.“Terus juga ini komedi, dan drama juga. Dan yang menariknya, pas aku baca skrip pertama kali, aku orangnya visual banget, jadi kalau aku baca, aku langsung ada bayangan di otak aku, aku benar-benar bisa baca skripnya. Menurutku ini skrip terapih yang pernah aku baca, yang pernah aku punya, yang menulis Mas Loeloe, Mas Tata, dan ada satu lagi tim dari mereka,” bebernya.“Ini aku benar-benar bisa ketawa, habis itu aku nangis, habis itu aku ketawa lagi. Jadi yang aku harapkan adalah penonton juga bisa merasakan yang aku rasakan sebagai pertama kali melihat ini, tapi dalam bentuk visual, gitu sih,” lanjutnya.Nadya juga menyoroti pembelajaran pribadi yang ia dapat selama proses produksi film, terutama tentang pentingnya menghargai momen kecil dalam keluarga.“Pembelajaran barunya mungkin kalau misalnya kita baca skrip dan main film, itu kan semuanya akan lebih detail, kita akan lebih ngulik. Dan mungkin banyak hal-hal yang semoga ini dialami juga sama penonton nanti, kita tuh nggak sadar, kita nggak sadar kalau misalnya itu terjadi sama kita dan itu ternyata penting, gitu. Dan mungkin itu menjadi refleksi buat diriku sendiri juga bahwa, oh iya-iya ternyata hal-hal kayak gini itu penting loh saat sesuatunya mungkin udah nggak ada, gitu. Dan mungkin di sini Casey adalah ayahku berpulang, gitu kan,” ungkapnya.Eksklusif Nadya Arina (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) Ia menambahkan bahwa banyak momen menyentuh dalam film ini yang bisa menjadi refleksi bagi penonton, termasuk hal-hal sederhana yang sering terabaikan.“Ya mungkin itu menjadi sesuatu yang sangat menjadi tragedi gitu loh saat kayak sesimpel, bapakku di film ini minta kue pukis, ya hal-hal kecil kayak gitu yang orang tua kita ingin dan kita belum bisa kasih, atau misalnya kakak kita atau adik kita. Jadi lebih menjadi sebuah refleksi aja sih. Jadi aku harap penonton juga mendapatkan experience itu karena jujur, film ini bagus banget. Ini nggak peres tapi iya,” pungkasnya.Kesehatan Mental jadi PrioritasEksklusif Nadya Arina (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) Aktris muda Nadya Arina berbagi pandangannya mengenai tantangan berakting dalam berbagai proyek film secara beruntun. Dalam pernyataannya, Nadya mengungkapkan bahwa dirinya bukan tipe aktor yang bisa langsung berpindah dari satu karakter ke karakter lain tanpa jeda. Ia lebih memilih memberi ruang untuk memulihkan energi sebelum mengambil proyek berikutnya.“Pastinya sih (ada tantangan memainkan banyak peran di film), karena ada beberapa temanku yang bisa melakukan beberapa proyek back-to-back, gitu. Dan jujur aku nggak bisa, gitu. Jadi aku bener-bener kayak kalau misalnya aku terlibat dalam satu proyek yaudah itu, udah selesai, ada jeda, aku bisa liburan dulu dan segala macem, baru aku kayak join proyek lain, gitu. Karena menurut aku, apa ya, karakternya, dan pasti beberapa film yang memang lately aku terlibat itu cukup berat buat aku. Jadi itu sih, mungkin lebih ke sadar diri untuk membatasi, gitu,” ungkap Nadya Arina.Lebih lanjut, Nadya menjelaskan bahwa jeda antar proyek bukan hanya soal pemulihan fisik, tetapi juga untuk menjaga kondisi mental dan emosional. Aktivitas syuting yang padat dan intens bisa menguras energi secara keseluruhan.Eksklusif Nadya Arina (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) “(Ada jeda di setiap proyek film) Biar nggak kebawa dan istilahnya mengisi energi kita lagi ya, karena kan syuting kan bener-bener everyday ya. Istilahnya libur tuh seminggu sekali, dan kalau misalnya emang karakternya, scene-nya banyak, itu bisa dari pagi sampai selesai,” jelasnya.“Jadi menurutku itu capek banget, gitu kan. Belum lagi selain scene-scene-nya yang berat, menurut aku di belakang kamera itu juga bersosialisasi sama orang itu menurut aku melelahkan banget, karena aku bukan tipikal orang yang extrovert, jadi the whole thing about syuting itu menurut aku melelahkan sih. Jadi aku memang orang yang harus ngereset dulu, at least menjadi diriku dan tidak bersama orang-orang syuting, baru kita balik kerja lagi, gitu,” bebernya.Mengenai mempersiapkan diri dalam menjalankan syuting dengan perbedaan genre yang signifikan, Nadya Arina mengaku kalau ia harus banyak teliti dan bekerja sepenuh hati dalam memilih proyek film yang akan ia mainkan selanjutnya.Eksklusif Nadya Arina (Foto: Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga/VOI) “Sebenarnya itu (persiapan diri jalani syuting berbeda genre) menjadi sebuah konsiderasi dari masing-masing pemain juga sih, gitu. Proyek apa yang mau kita terlibat di dalamnya, gitu. Dan kalau aku sebetulnya sebisa mungkin aku pengen sesuatu yang berbeda, gitu,” katanya.“Tapi balik lagi kalau misalnya pemain itu kan kita selesai sampai di proses syuting setelah itu selesai, gitu. Istilahnya postpro dan segala macemnya, dan penjualan segala macem itu kan udah bukan rights kita, gitu. Tapi mungkin persiapannya lebih ke saat emang kita memilih untuk terlibat di dalamnya, dan memang kita senang untuk ada di dalam satu proyek ini, menurutku semuanya akan mendukung juga sih,” tutupnya.