Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (4/6/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparanMenteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyoroti kinerja neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mencatatkan surplus sebesar USD 0,16 miliar. Angka ini merupakan surplus neraca perdagangan terendah selama 60 bulan terakhir. Surplus neraca perdagangan pada April 2025 ini dodorong oleh surplus non migas sebesar USD 1,51 miliar, dan defisit migas USD 1,35 miliar."Walaupun cenderung tipis, capaian ini masih melanjutkan tren surplus untuk 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Budi dalam keterangannya, Kamis (5/6).Secara nilai, Impor April mencapai USD 20,59 miliar atau naik 8,80 persen dibandingkan Maret 2025 (MoM) dan naik 21,84 persen dibandingkan April 2024 (YoY). Meskipun impor berbagai komoditas mengalami kenaikan, Budi menyoroti impor barang konsumsi yang justru tercatat turun 2,21 persen (MoM). “Impor barang konsumsi yang turun adalah monitor lainnya, mobil listrik, dan jeruk mandarin,” imbuh Budi.Sementara impor bahan baku meningkat sebesar 11,09 persen (MoM) didukung oleh impor emas batangan nonmoneter, gula tebu lainnya, dan jet turbo. Sementara itu, impor barang modal naik 5,66 persen (MoM) didorong oleh unit pengolah lainnya; aparatus lainnya yang dapat mengirimkan atau menerima suara, gambar, atau data lainnya; serta personal computer (PC) lainnya.Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Long Beach, California, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Frederic J. Brown/AFPImpor nonmigas pada April 2025 mengalami kenaikan 14,39 persen, sementara impor migas turun 19,44 persen (MoM). Secara tahunan, impor nonmigas naik 29,86 persen, sementara impor migas turun 15,57 persen (YoY).Beberapa produk impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada April 2025 ini, antara lain, gula dan kembang gula (HS 17) yang naik 128,61 persen, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) 128,06 persen, kain rajutan (HS 60) 76,06 persen, biji dan buah mengandung minyak (HS 12) 54,37 persen, serta filamen buatan (HS 54) 49,45 persen (MoM).Dari segi porsinya, Budi menjelaskan kinerja impor April 2025 masih didominasi bahan baku dan penolong dengan porsi 72,73 persen, diikuti barang modal 19,00 persen dan barang konsumsi 8,27 persen.Kemudian berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi dari China, Jepang, dan Singapura dengan total pangsa 52,68 persen dari total impor nonmigas April 2025.Beberapa negara asal impor nonmigas dengan kenaikan tertinggi adalah Swiss yang naik 344,72 persen, Uni Emirat Arab 110,61 persen, Afrika Selatan 72,55 persen, Kanada 58,33 persen, dan Singapura 53,86 persen (MoM).Secara kumulatif untuk periode Januari-April 2025, total impor mencapai USD 76,29 miliar, naik 6,27 persen (CtC). Peningkatan impor tersebut dipicu impor nonmigas yang naik sebesar 9,18 persen. Namun, di sisi lain, impor migas turun 8,27 persen (CtC).Dari sisi ekspor, nilainya mencapai USD 20,74 miliar pada April 2025 turun 10,77 persen dibandingkan Maret 2025 (MoM). Pendorongnya adalah turunnya nilai ekspor migas sebesar 19,52 persen dan ekspor nonmigas 10,19 persen (MoM).Namun jika dilihat secara year on year (yoy) nilai ekspor April 2025 naik 5,76 persen dibandingkan dengan April 2024."Penurunan nilai ekspor pada April 2025 bila dibandingkan dengan Maret 2025 terjadi akibat siklus tahunan libur Idul fitri dan penurunan harga sejumlah komoditas utama. Selain itu, ketidakpastian ekonomi dunia akibat kondisi geopolitik ekonomi turut menyebabkan permintaan sejumlah mitra dagang utama Indonesia melemah. Ekspor nonmigas negara ASEAN lain, yaitu Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina juga terpantau turun," jelas Budi.Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Jiangsu, China, Minggu (18/5/2025). Foto: Stringer/AFPDari sisi kontribusi ekspor April 2025 masih didominasi oleh industri pengolahan sebesar 81,48 persen dari nilai ekspor nonmigas Indonesia. Disusul sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 16,07 persen dan sektor pertanian sebesar 2,45 persen.Kemudian sektor penyumbang pelemahan ekspor nonmigas pada April 2025 adalah pertanian yang turun 16,54 persen, disusul oleh sektor industri pengolahan turun 12,14 persen. Berbeda dengan dua sektor tersebut, ekspor sektor pertambangan dan lainnya justru terpantau tumbuh dengan kenaikan 2,58 persen (MoM).Meski demikian ada komoditas nonmigas yang mengalami kenaikan ekspor pada April 2025, yaitu bijih logam, perak dan abu (HS 26) yang naik 37,94 persen; logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) 26,56 persen; dan mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) 0,52 persen (MoM).Sementara itu, produk utama ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami penurunan nilai ekspor pada April 2025 secara bulanan adalah bahan bakar mineral (HS 27) yang turun 6,23 persen, besi dan baja (HS 72) 2,72 persen, serta lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) 39,23 persen.Dari sisi pangsa pasar, pada April 2025, Tiongkok, AS, dan India menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan total nilai ekspor ketiganya sebesar USD 8,22 miliar dengan porsi 41,97 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.Sementara itu, beberapa tujuan ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan secara bulanan pada April 2025, adalah Swiss yang tercatat naik 149,57 persen, Kanada 54,09 persen, Singapura 26,78 persen, Meksiko 11,03 persen, dan Taiwan 8,99 persen (MoM). Sedangkan, penurunan terdalam secara bulanan terjadi pada Mesir yang turun 42,70 persen, Italia 42,25 persen, Pakistan 40,91 persen, Inggris 35,62 persen, dan Hongkong 30,58 persen (MoM).Secara kawasan, tujuan ekspor nonmigas yang meningkat pada April 2025 adalah Amerika Tengah dengan kenaikan 14,71 persen, diikuti Amerika Selatan 4,41 persen, Eropa Barat 4,41 persen, dan Asia Tenggara 1,11 persen. Sementara itu, kawasan yang mengalami penurunan nilai ekspor nonmigas pada April 2025, antara lain, Afrika Selatan yang turun 49,73 persen, Asia Tengah 44,48 persen, Afrika Utara 42,53 persen, dan Karibia 41,88 persen.Jika dilihat secara kumulatif, total ekspor Januari-April 2025 tercatat mencapai USD 87,36 miliar, meningkat 6,65 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya (CtC). Peningkatan ekspor tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 7,68 persen menjadi USD 82,56 miliar.