KPAI: PR Berdampak Pada Tumbuh Kembang Siswa, tapi Prosesnya Perlu Diperbaiki

Wait 5 sec.

Ilustrasi anak mengerjakan PR Foto: Shutter StockKomisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang hendak menghapus PR (pekerjaan rumah) buat siswa di sekolah.Ketua KPAI Ai Maryati Solihah mengatakan, selama ini PR memberikan dampak terhadap tumbuh kembang siswa. Anak menjadi lebih bertanggung jawab dan produktif.Namun, dalam pelaksanaannya memang dibutuhkan perbaikan karena masih ada siswa yang diberikan PR, kemudian dikerjakan oleh orang tua. Ada juga yang memilih untuk menyontek kepada temannya.“Nah, kalau saya yang melihatnya PR itu apakah memberikan dukungan pada anak, ya selama itu sudah dijalankan sejauh ini memberi dukungan pada tumbuh kembang anak. Tetapi, bagaimana prosesnya, ya itu harus kita benahi bersama,” kata Ai kepada wartawan, Kamis (5/6).“PR saja, kira-kira begitu ya, terjadi penyimpangan, diselesaikan oleh orang tua, kadang-kadang tidak dikerjakan, tapi nyontek teman,” lanjut dia.Tetap Perlu Ada Indikator Capaian Belajar SiswaDalam perbaikannya, Ai menyarankan untuk melibatkan para tenaga ahli, seperti dinas pendidikan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), guru, dan orang tua. Selain itu, perlu ada indikator keberhasilan dengan penerapan PR atau sebaliknya apakah berpengaruh terhadap pencapaian belajar siswa.“Kalau saya melihat ya justru harus membangun sebuah kesinambungan di dalam. Menentukan indikator keberhasilan pada anak gitu, perkembangan tumbuh kembang anak, apalagi dalam konteks pendidikan gitu. Saya menyarankan bertanya pada ahli sebelum bikin kebijakan,” ungkapnya.Larangan PR Buat Sekolah di JabarSebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Demul) melarang sekolah memberikan PR kepada siswa karena dinilai kurang efektif lantaran kebanyakan tugas tersebut dikerjakan oleh orang tua.“Kami hari ini mengeluarkan surat edaran itu, larangan membuat PR bagi guru untuk siswa-siswanya. Kenapa itu dilakukan? Pertama, selama ini PR-PR yang dibuat ke rumah itu dikerjakan oleh orang tuanya, jadi tidak efektif dibuat PR," kata Dedi di Gedung Pakuan, Bandung, Jabar, Rabu (4/6).Selain itu, ia berharap tingkat depresi di kalangan pelajar dapat berkurang dengan adanya pelarangan tugas ini. Sehingga siswa dapat menikmati waktu luang di rumah lewat membaca, berolahraga atau membantu orang tua.