Ilustrasi nyamuk DBD/ Foto: halodocJAKARTA - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengidentifikasi delapan kasus malaria baru selama kurun lima bulan pertama tahun 2025.Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardani, Minggu menjelaskan, sebagian besar kasus berasal dari luar daerah dan terbawa oleh pendatang atau warga yang bekerja di wilayah endemik malaria.Kata dia, kasus ditemukan antara Januari hingga Mei 2025, dan diyakini bukan berasal dari transmisi lokal."Sebagian besar pasien memiliki riwayat perjalanan atau bekerja di wilayah endemik seperti Papua dan Kalimantan. Setelah kembali ke Tulungagung, mereka terdeteksi positif malaria," kata Desi, mengutip ANTARA, Minggu 6 Juli.Ia menyebut sebaran kasus tercatat di Kecamatan Besuki, Ngunut, Boyolangu, dan Gondang.Dari wilayah tersebut, Besuki dinilai memiliki lingkungan paling ideal bagi perkembangbiakan nyamuk penyebab malaria karena kondisi geografisnya yang didominasi perairan tawar dan payau.Jenis malaria yang terdeteksi di Tulungagung adalah Plasmodium vivax, yang umumnya menyebabkan gejala ringan tanpa komplikasi.Meski demikian, Dinkes tetap melakukan langkah pengawasan ketat untuk mencegah penularan lokal."Meski jenisnya tidak mematikan, malaria tetap perlu diwaspadai karena potensi penularan lokal bisa muncul, terutama di wilayah yang secara geografis mendukung siklus hidup vektor malaria," jelasnya.Berdasarkan data tahunan, jumlah kasus malaria di Tulungagung menunjukkan tren menurun. Pada 2023 ditemukan 23 kasus, tahun 2024 sebanyak 21 kasus, dan hingga pertengahan 2025 tercatat 8 kasus.Desi menambahkan, mobilitas penduduk ke daerah endemik masih menjadi tantangan utama dalam upaya eliminasi malaria.Potensi penularan lokal juga meningkat seiring tingginya aktivitas pendatang, terutama di wilayah pesisir."Cuaca tidak terlalu memengaruhi siklus hidup malaria. Karena itu, jika ditemukan indikasi penularan lokal, kami akan segera melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)," tandasnya.