Tarif Impor AS untuk RI Belum Pasti, Ekonom Minta Pemerintah Siapkan Strategi

Wait 5 sec.

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, Sabtu (21/6/2025). Foto: Carlos Barria/REUTERSMenjelang berakhirnya masa penundaan tarif resiprokal, Amerika Serikat (AS) mulai memberlakukan tarif terhadap sejumlah negara mitra dagangnya.Salah satunya Vietnam, yang berhasil terhindar dari tarif dagang sebesar 46 persen yang semula direncanakan Presiden AS Donald Trump. Setelah beberapa pekan negosiasi, tarif diturunkan menjadi 20 persen usai Trump berbicara dengan Sekjen Partai Komunis Vietnam, To Lam.Mengenai kemungkinan berapa tarif yang akan dikenakan AS terhadap Indonesia, Ekonom dari CORE Yusuf Rendy Manilet menyatakan, jika lebih tinggi dari Vietnam, misalnya mencapai atau bahkan melebihi 32 persen, maka daya saing produk Indonesia di pasar AS akan terpukul. Ia menyebut, peluang Indonesia sangat tergantung pada seberapa besar tarif yang akan dikenakan ke depan.“Dalam kondisi itu (Indonesia kena tarif besar), justru negara lain seperti Bangladesh atau Meksiko bisa mengambil alih pasar tersebut. Dengan tenggat waktu dan dinamika perdagangan internasional yang cepat berubah, pemerintah Indonesia harus segera bertindak strategis,” sebut Yusuf saat dihubungi kumparan, Minggu (6/7).Salah satu usulannya adalah memperkuat diplomasi bilateral dengan AS dan membuka peluang kerja sama di sektor-sektor strategis. “Indonesia bisa menawarkan akses pasar tertentu, misalnya di sektor digital, pertanian, atau jasa, sebagai imbal balik untuk penurunan tarif barang-barang ekspor unggulan kita,” tambah Yusuf.Yusuf juga menilai perjanjian dagang seperti PTA (Preferential Trade Agreement) atau FTA (Free Trade Agreement) dengan AS bisa menjadi langkah strategis berikutnya jika Indonesia dikenakan tarif tinggi. Katanya, Vietnam telah lebih dulu melakukan ini melalui keterlibatannya dalam berbagai perjanjian dagang regional dan bilateral, yang akhirnya memberikan mereka posisi tawar lebih baik.Yusuf menegaskan pentingnya pemerintah memastikan pelaku industri nasional mematuhi standar global, termasuk soal ketenagakerjaan, lingkungan, dan hak kekayaan intelektual, agar Indonesia tidak terkena dampak kebijakan proteksionis AS yang semakin sering menggunakan hambatan non-tarif untuk membatasi impor.Menurutnya, Indonesia bisa mendapatkan tarif yang lebih rendah dari Vietnam, tetapi sangat bergantung pada seberapa cepat dan efektif diplomasi perdagangan Indonesia dijalankan.“Jika kita bisa menegosiasikan tarif lebih rendah, katakanlah di bawah 15 persen, maka ini bisa menjadi momen penting untuk menyalip Vietnam sebagai basis produksi alternatif di kawasan Asia Tenggara bagi pasar AS,” tutup Yusuf.Di sisi lain, Ekonom Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari FEB UGM, Eddy Junarsin, menilai bahwa jika pemerintah mampu menegosiasikan tarif masuk ke pasar AS di bawah 20 persen, terdapat peluang besar bagi pelaku usaha Indonesia. “Peluang itu akan muncul jika tarif AS terhadap Indonesia berhasil dinegosiasikan pada level di bawah 20 persen,” jelas Eddy.Menurut Eddy, Indonesia memiliki sejumlah keunggulan struktural yang dapat dimanfaatkan sebagai nilai tawar dalam negosiasi, seperti kualitas sumber daya manusia, pendidikan, etos kerja, serta regulasi yang dinilai lebih relevan dan berkualitas. Dengan keunggulan tersebut, ia menilai Indonesia berpotensi mengungguli Vietnam yang saat ini telah dikenakan tarif tetap.“Indonesia punya peluang menegosiasikan tarif yang lebih rendah daripada Vietnam. Bagaimanapun juga, Indonesia punya posisi strategis sebagai negara yang netral, bersahabat, dan berpengaruh di Asia Pasifik,” tutur Eddy.Sebelumnya, Presiden Trump mengatakan telah menandatangani surat-surat pengenaan tarif impor untuk 12 negara. Nantinya surat tersebut akan dikirim ke 12 negara tersebut pada Senin (7/7).Sebanyak 12 negara itu nantinya hanya memiliki dua pilihan setelah mengetahui pengenaan tarif bea masuk untuk mengekspor ke AS, yaitu terima atau menolak."Saya menandatangani beberapa surat dan surat-surat itu akan dikirim pada hari Senin, mungkin dua belas. Beda jumlah uangnya, beda jumlah tarifnya,” kata Trump dikutip dari Reuters, Minggu (6/7).Awalnya Trump berniat untuk menerima negosiasi dengan sejumlah negara mengenai tingkat tarif, tetapi dia merasa kecewa dengan proses tersebut setelah berulang kali mengalami kemunduran dengan mitra dagang utama, termasuk Jepang dan Uni Eropa.Ia kemudian berkomentar sedikit dan mengatakan pengumuman tarif impor melalui surat dinilai lebih mudah. Tapi dia enggan menyebut 12 negara yang dimaksud.