Ilustrasi nyamuk malaria (Pexels/Jimmy Chan)JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan bahwa Suriname menjadi negara yang bebas dari penyakit malaria. Keputusan ini menjadikan Suriname sebagai negara pertama di kawasan Amazon yang berhasil mengatasi secara tuntas penyakit tersebut.Dengan pengakuan tersebut, Suriname menjadi negara ke-46 di dunia yang memperoleh sertifikasi bebas malaria dari WHO. Status bebas malaria ini diperoleh Suriname setelah upaya panjang selama lebih dari 70 tahun.Seperti diketahui, Suriname terletak di pesisir utara Amerika Serikat, yang menghadapi tantangan besar terhadap malaria karena kondisi geografisnya lembap dan banyak area tambang rakyat maupun industri, yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.“Sertifikasi ini mencerminkan upaya berkelanjutan selama bertahun-tahun, terutama dalam menjangkau wilayah terpencil. Ini berarti generasi mendatang dapat tumbuh bebas dari penyakit yang berpotensi mematikan ini,” kata Direktur Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO), Jarbas Barbosa, dikutip dari laman resmi WHO, pada Minggu, 6 Juni 2025.Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus sangat mengapresiasi atas pencapaian Suriname mengatasi malaria. Ia menilai keberhasilan tersebut sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap kesehatan yang merata.“Komitmen teguh Suriname terhadap pemerataan kesehatan menjadi inspirasi bagi semua negara yang berjuang untuk masa depan bebas malaria,” tutur Tedros.Sampai saat ini, masih banyak negara di dunia yang berjuang mengatasi malaria, salah satunya Indonesia. Dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, malaria masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Papua.Lebih dari 93 persen bebas kasus malaria Indonesia masih terkonsentrasi di Papua. Wilayah Papua memiliki tantangan tersendiri yang membuat penanggulangan malaria menjadi lebih rumit.Faktor geografis yang merupakan daerah pegunungan, hutam lebat, dan keterpencilan menyulitkan distribusi layanan kesehatan. Selain itu, faktor sosial dan budaya, serta kertebatasan akses terhadap fasilitas kesehatan modern juga berdampak memperburuk penanganan malaria.Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengimbau masyarakat untuk turut melakukan pencegahan penyebaran malaria yang ditularkan nyamuk Anopheles betina, yang biasa berkembang biak di lingkungan lembap dan tergenang air.Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah seperti menggunakan kelambu untuk tidur demi mencegah gigitan nyamuk, menguras dan menutup tempat penampungan air, penggunaan obat pencegah, hingga edukasi yang lebih baik ke masyarakat.