Indonesia Divers Rescue Team (IDRT), diterjunkan untuk membantu mencari korban KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Foto: kumparanOperasi pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya terus dilakukan. Sebanyak 34 penyelam elite, termasuk tim dari Indonesia Divers Rescue Team (IDRT), diterjunkan untuk menembus dasar bawah laut Selat Bali.Mereka akan menyelami lokasi diduga bangkai kapal yang karam, mencari jejak para korban yang masih belum ditemukan. Misi ini bukan sekadar pencarian, melainkan pertaruhan nyawa di kedalaman, demi menjawab penantian keluarga.Sejak KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu (2/7), sekitar pukul 23.20 WIB, tim IDRT sudah siaga di lokasi. Mereka adalah relawan penyelamat bawah air yang punya jam terbang tinggi."Kami adalah relawan penyelamatan khusus di bawah air. IDRT telah bekerja sama dengan Basarnas untuk penyelamatan khusus di bawah air," ujar Hendrata Yudha, koordinator tim IDRT kepada wartawan, Minggu (6/7).Indonesia Divers Rescue Team (IDRT), diterjunkan untuk membantu mencari korban KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Foto: kumparanHendra, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa IDRT bukanlah pemain baru dalam misi kemanusiaan. Mereka adalah mitra tetap Basarnas, dengan rekam jejak panjang di berbagai tragedi besar.Sebut saja kecelakaan pesawat Air Asia, Sriwijaya Air, hingga Lion Air, nama IDRT selalu ada di garis depan. Pengalaman ini jadi modal berharga untuk menaklukkan kerasnya Selat Bali.Menantang Gelap di Kedalaman 40-60 MeterEmpat hari sudah tim ini menunggu. Proses pemindaian bawah laut akhirnya mengidentifikasi posisi objek yang diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya. Kapal nahas itu diperkirakan berada di kedalaman 40 hingga 60 meter di bawah permukaan laut.Indonesia Divers Rescue Team (IDRT), diterjunkan untuk membantu mencari korban KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Foto: kumparanUntuk mencapai target kedalaman yang tak main-main ini, setiap penyelam dibekali dua tabung udara dan berbagai peralatan lainnya, dengan total berat mencapai 35 kilogram."Karena di kedalaman 10 sampai 20 meter akan semakin gelap, kami membawa senter," tegas Hendra menunjukkan kesigapannya.Selain itu, mereka juga membawa pisau, dive computer, hingga body bag pribadi demi keselamatan penyelam di kondisi ekstrem. Kondisi Selat Bali yang dikenal unik dengan arusnya juga menuntut kesiapan fisik ekstra.Sebelum terjun, tim telah mempelajari karakteristik area penyelaman dengan mengumpulkan data-data terbaru. Segala persiapan matang ini diharapkan bisa meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.Harapan dan Realitas Bawah LautKMP Tunu Pratama Jaya diketahui mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, serta 22 unit kendaraan. Hingga hari keempat evakuasi, 36 korban telah ditemukan, dengan rincian 30 selamat dan 6 meninggal dunia. Artinya, masih 29 korban yang belum ditemukan.Hendra menyampaikan bahwa timnya akan berupaya maksimal dalam melakukan penyelaman dan evakuasi korban. Namun, ia juga mengingatkan agar semua pihak tidak menaruh ekspektasi berlebihan."Fenomena alam bisa berubah sewaktu-waktu, dan kondisi di bawah laut sangat berbeda dengan di daratan," kata penyelam senior yang telah menekuni profesi ini selama 30 tahun tersebut.Meski demikian, semangat para penyelam tak pernah padam. "Tapi kami berusaha semaksimal mungkin untuk membawa saudara-saudara kita yang jadi korban di bawah air," tutup Hendra.