108 Jemaah Meninggal, Pemerintah Evaluasi dan Satukan Layanan Kesehatan Haji

Wait 5 sec.

Satu mobil ambulance berhenti di kawasan perhotelan di Makkah, Arab Saudi. (ANTARA)JAKARTA – Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa salah satu strategi untuk menekan angka kematian jemaah haji, khususnya saat puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), adalah menyatukan petugas kesehatan haji dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dengan Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK).“Strateginya adalah menyatukan PPIH yang akan dibagi menjadi delapan markaz atau maktab. Para dokter spesialis akan siaga di tiap markaz tersebut. Dokter dan perawat akan diperbantukan ke markaz yang jumlah TKHK-nya sedikit tapi jemaahnya banyak,” ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan, Yuli Farianti, Selasa 3 Juni, dikutip dari Antara.Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, yang juga merupakan anggota Tim Amirul Hajj, mengungkapkan keprihatinannya terhadap jumlah kematian jemaah yang cukup tinggi tahun ini.“Saat ini tercatat ada 108 jemaah meninggal, padahal puncak haji belum dimulai. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.Ia mendorong agar seluruh potensi pelayanan kesehatan yang dimiliki Indonesia dioptimalkan demi keselamatan jemaah.“Dalam situasi seperti ini, mustahil tenaga kesehatan lokal yang jumlahnya terbatas mampu melayani jutaan jemaah. Karena itu, sangat tepat jika pemerintah Indonesia membawa tenaga medis sendiri untuk mendampingi jemaah,” katanya.Namun, ia juga menyoroti kendala di lapangan, terutama terkait izin operasional petugas medis dan fasilitas layanan kesehatan milik Indonesia di Arab Saudi.“Sesuai aturan, pelayanan kesehatan dan tenaga medis di negara lain harus memiliki izin operasional dari otoritas setempat. Ini jadi hambatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), yang membuat pelayanan tidak optimal,” ujarnya.Taruna menyebut, banyak jemaah yang meninggal di hotel karena menahan sakit, merasa stres jika harus dirujuk ke rumah sakit lokal yang asing bagi mereka, baik dari sisi bahasa maupun lingkungan.“Karena itu, saya bersama Tim Amirul Hajj akan mengupayakan pembicaraan langsung dengan Menteri Haji dan Menteri Kesehatan Arab Saudi untuk mencari solusi atas permasalahan ini,” tegasnya.