Populer: Toko Buku Bekas Sepi; Okupansi Hotel di Libur Panjang

Wait 5 sec.

Toko buku bekas di Mall Blok M Foto: Wandha Nur Hidayat/kumparanToko buku bekas yang kini sepi pembeli menjadi salah satu berita populer kumparanBISNIS di akhir pekan ini. Selain itu, banyaknya libur panjang ternyata belum mampu dongkrak okupansi hotel. Untuk lebih jelasnya, berikut ringkasan berita populer di kumparanBISNIS.Sepinya Toko Buku BekasPenjual buku bekas dan baru di samping Terminal Senen, Gofur (48), mengaku kesepian seperti ini sudah biasa."Memang sepi, kayak biasa sudah biasa. Hari ini libur cuti, tapi paling dateng 3-5 orang (ke sini). Nggak ramai, hari biasa juga sepi,” katanya saat ditemui kumparan, Jumat (30/5).Lapaknya tidak terhubung ke toko daring, tapi Gofur masih melayani pemesanan melalui pesan singkat atau telepon.“Kadang ada nanya orang ke saya, ada buku ini nggak, kalo ada saya bilang, nanti mereka ke sini, sudah rezekinya di sini," lanjut dia.Berpindah ke kawasan Kwitang, Iwan, seorang pedagang buku, masih bertahan dengan koleksi buku lawas, langka, hukum, hingga kedokteran. Namun jumlah pengunjung kian menurun."Ada ini buku kedokteran, farmasi, yang keilmuan itu ada impor. Nggak tau dari mana (asal impor), bisa kena di harga Rp 300.000 sampe Rp 500.000 itu (buku kedokteran)," ucap Iwan.Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman Nugraha, menyatakan industri penerbitan buku di Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi yang memprihatinkan.Toko Buku di kawasan Kwitang, Jakarta, Jumat (30/5/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparanMenurut Arys, disrupsi teknologi serta menurunnya minat baca masyarakat akibat pergeseran konsumsi ke media sosial dan platform video berdampak signifikan pada penurunan penjualan buku dan berkurangnya jumlah penerbit aktif.“Ekosistemnya sedang sakit, tapi perhatian pemerintah masih sangat minim. Tindakannya kurang,” ujar Arys saat dihubungi kumparan, Jumat (30/5).Ia menjelaskan bahwa penjualan buku fisik mengalami penurunan tajam sejak lima tahun terakhir, terutama sejak pandemi. Sayangnya, pertumbuhan penjualan buku digital belum cukup kuat untuk menutupi penurunan tersebut.Libur Panjang Belum Dongkrak Okupansi HotelIlustrasi kamar hotel. Foto: Edvard Nalbantjan/ShutterstockLibur panjang akhir Mei 2025 membawa sedikit angin segar bagi sektor perhotelan. Namun, belum cukup kuat untuk mengangkat tingkat hunian secara maksimal.Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yuno Abeta Lahay mencatat bahwa keterisian kamar hotel meningkat dibanding akhir pekan hari-hari biasa.Meski demikian Yuno menilai kondisi tingkat keterisian belum menyentuh angka ideal.“Kalau misalnya weekend biasanya itu tuh, rata-rata kita ambil contoh (hotel) di Jabodetabek, itu kurang lebih di 56 sampai 60 persen gitu ya. Nah di, libur panjang ini hanya di kisaran 68 persen aja okupansinya,” ujar Yuno saat dihubungi kumparan, Sabtu (31/5).Kata dia, okupansi hotel saat libur panjang ini memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya, tetapi tidak terpenuhi 100 persen, hanya di 68 persen.Yuno membeberkan bahwa peningkatan ini kemungkinan dipengaruhi momen gajian pekerja.Sebelumnya, Ketua Badan Pimpinan Daerah PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, meminta pemerintah melonggarkan anggaran perjalanan dinas untuk menunjang tingkat keterisian hotel dan restoran di Jakarta.Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (BPD PHRI DK Jakarta) per April 2025 terhadap anggotanya, ditemukan bahwa 96,7 persen hotel melaporkan terjadinya penurunan tingkat hunian sepanjang kuartal I 2025.Seiring dengan itu, banyak juga pelaku usaha terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja serta menerapkan berbagai strategi efisiensi operasional.