Ketua Umum ABI Soroti Fase Baru dan Tantangan Komunitas Syiah di Indonesia

Wait 5 sec.

Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Penguatan Internal Kader Muslimah ABI yang digelar di Yayasan Azzahra, Balikpapan, pada Ahad (1/6).“Kesadaran akan pentingnya organisasi besar sebagai sarana penyelesaian berbagai persoalan dan pelayanan kepada masyarakat kini menjadi pijakan utama dalam transformasi komunitas,” ujar Ustadz Zahir.Tantangan Beralih dari Eksternal ke InternalDalam paparannya, Ustadz Zahir menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi komunitas Syiah kini telah mengalami pergeseran. Jika pada masa lalu gangguan datang dari luar, seperti stigma sosial dan tuduhan sektarian, maka saat ini sebagian besar tantangan justru berasal dari dalam komunitas itu sendiri.“Permasalahan seperti keretakan rumah tangga, penyalahgunaan narkoba, dan pergaulan bebas menjadi bagian dari realitas yang harus kita hadapi bersama,” tegasnya. Ustadz Zahir menambahkan, segala bentuk problem sosial, ekonomi, maupun politik yang dihadapi masyarakat luas, juga dirasakan oleh komunitas Syiah.Krisis Keluarga Jadi Sorotan UtamaSecara khusus, Ustadz Zahir menyoroti isu pernikahan dan keharmonisan rumah tangga sebagai tantangan paling mendesak saat ini. Hal ini disampaikannya bertepatan dengan peringatan hari pernikahan Imam Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fathimah, Imam sekaligus tokoh panutan dalam tradisi Islam.Mengulas lebih lanjut, beliau menjelaskan, masyarakat terdiri dari unit-unit kecil bernama keluarga. Oleh karena itu, kualitas keluarga sangat menentukan kondisi masyarakat secara keseluruhan.“Keluarga yang sehat dan kokoh akan melahirkan masyarakat yang kuat. Sebaliknya, keluarga yang rapuh dapat menjadi cikal bakal disfungsi sosial yang lebih luas,” jelasnya.Beliau juga menekankan bahwa pernikahan merupakan satu-satunya jalan membentuk keluarga. Merujuk Surah Ar-Rum ayat 21, pernikahan disebut sebagai salah satu tanda kebesaran Tuhan, dan berbeda dengan sekadar reproduksi biologis seperti pada hewan. “Pernikahan manusia mengandung tujuan luhur, melestarikan umat dan mencetak generasi yang siap berkhidmat kepada masyarakat,” ujarnya.Serius Merencanakan PernikahanUstadz Zahir menegaskan pentingnya persiapan yang matang sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Beliau menyebut kesiapan psikologis dan ekonomi, penyamaan visi hidup antara pasangan, serta niat yang tulus sebagai hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan.“Orang yang hendak berhaji saja perlu berkali-kali belajar dan latihan manasik. Mengapa persiapan menuju pernikahan sering kali dianggap sepele?” ujarnya memberikan analogi.Menurutnya, pernikahan merupakan langkah serius dalam membangun fondasi masyarakat. Karena itu, Ustadz menilai tidak masuk akal jika seseorang ingin memperbaiki masyarakat namun tidak mampu membina keluarganya sendiri.“Setiap upaya perbaikan sosial harus dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Mengabaikan keluarga sembari mengklaim ingin mengubah masyarakat adalah harapan yang tidak realistis,” tandasnya.Konseling Keluarga Meningkat, Kerja Kolektif DiperlukanMasalah keluarga, menurut Ustadz Zahir, kini menjadi isu krusial yang memerlukan perhatian serius. Beliau menyebut, dalam tiga tahun lalu tercatat sejumlah 70 kali konsultasi keluarga melalui Tim Konselor Keluarga Muslimah ABI, jumlah yang belum mencakup berbagai kasus yang tidak dikonsultasikan.“Ini menunjukkan bahwa persoalan keluarga tidak bisa diselesaikan secara individual. Dibutuhkan kerja kolektif yang terstruktur dan menyeluruh melalui wadah organisasi yang kuat,” pungkasnya.Acara ini merupakan bagian dari program penguatan internal yang rutin diselenggarakan oleh Yayasan Azzahra untuk memperkuat kapasitas kader dan komunitas. [IT/r]