Sepinya ibadah haji di era pandemi COVID-19. (ANTARA)JAKARTA – Sejarah hari ini, lima tahun yang lalu, 2 Juni 2020, Kementerian Agama (Kemenag) mengambil opsi membatalkan keberangkatan haji. Opsi sulit itu diambil mengingat penyebaran pandemi COVID-19 sudah masuk dalam tahap menakutkan. Korbannya meningkat.Sebelumnya, kehadiran virus korona membuat dunia cemas. Banyak negara di dunia mulai terkena dampak korona, dari jatuhnya korban jiwa hingga ekonomi negara. Indonesia pun begitu. Pemerintah terus bekerja keras menjaga rakyatnya.Dampak pandemi COVID-19 di Indonesia besar. Penularan virus korona meningkat. Demikian pula angka kematiannya. Kondisi itu membuat pemerintah bersiasat melakukan cara-cara terbaik memutus mata rantai penyebaran virus korona.Kondisi itu karena badan kesehatan dunia, WHO belum memiliki langkah jitu melawan COVID-19. Pemerintah pun mulai menekan seluruh aktivitas sosial di masyarakat. Mereka yang bekerja di kantor dibatasi.Mereka yang berpergian dengan transportasi umum dijaga ketat. Acara-acara yang berpotensi memicu munculnya kurumunan dilarang. Semuanya dilakukan supaya angka penularan yang tinggi bisa dicegah. Kondisi itu membuat banyak industri yang ada kena pukulan berat. Industri penerbangan, misalnya.Industri penerbangan di Nusantara jadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang. Bisnis itu mampu memperkerjakan banyak orang. Bisnis itu pula mampu jadi andalan orang-orang berpergian dengan waktu tempuh yang cepat.Pandemi COVID-19 membuat industri penerbangan jadi terpukul. Beban itu membuat banyak pesawat yang parkir di berbagai wilayah Nusantara. Maskapai penerbangan plat merah, Garuda Indonesia saja sampai banyak memarkir pesawatnya.Sekalipun pemerintah tak menutup bandara atau melarang penerbangan yang ada. Namun, karena penerbangan terlalu berisiko membuat bisnis ini mulai sepi.“Dalam masa COVID-19, kami banyak melakukan grounded pesawat karena memang trafik penerbangan berkurang, sehingga pesawatnya kita istirahatkan. Dengan demikian pesawat tidak ada masalah dari sisi kondisi dan kenyamanannya terjaga. Jadi, kita terbang dalam kondisi aman, nyaman serta sehat,” ungkap Direktur Teknik Garuda Indonesia, Rahmat Hanafi sebagaimana dikutip laman ANTARA, 25 Mei 2020.Angka penularan COVID-19 yang meninggi membuat rakyat Indonesia semakin takut terbang. Masalah itu diamini pula oleh Kemenag. Kemenag akhirnya resmi mengambil keputusan sulit dengan membatalkan semua keberangkatan jemaah haji pada 2 Juni 2020.Fachrul Razi yang pernah menjabat sebagai Menag era 2019-2020. (Sekretariat Kabinet)Pembatalan keberangkatan itu berlaku untuk jamaah haji regular, khusus, maupun panggilan dari Arab Saudi. Kemenag dalam hal itu lebih mengedepankan keselamatan rakyat Indonesia. Resiko penularan virus dengan menggunakan moda transportasi udara besar.Kondisi itu membuat Garuda Indonesia yang notabene akan memberangkatkan jamaah haji tak jadi digunakan. Alhasil, 16 pesawat yang disiapkan untuk keberangkatan haji kembali parkir di bandara.“Saya hari ini telah menerbitkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494 tahun 2020 tentang Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1441H/2020M. Agama sendiri mengajarkan, menjaga jiwa adalah kewajiban yang harus diutamakan. Ini semua menjadi dasar pertimbangan dalam menetapkan kebijakan.”“Waktu terus berjalan dan semakin mepet. Rencana awal kita, keberangkatan kloter pertama pada 26 Juni. Artinya, untuk persiapan terkait visa, penerbangan, dan layanan di Saudi tinggal beberapa hari lagi. Belum ditambah keharusan karantina 14 hari sebelum keberangkatan dan saat kedatangan. Padahal, akses layanan dari Saudi hingga saat ini belum ada kejelasan kapan mulai dibuka,” ungkap Menag, Fachrul Razi sebagaimana dikutip laman Sekretariat Kabinet, 2 Juni 2020.