Aksi Terorisme Berhasil Diredam Namun Ancamannya Tidak Hilang, Ini Kata Psikolog UI

Wait 5 sec.

"); // });]]> '); });]]> HomeJatengOleh sebab itu, ia menekankan pentingnya membangun lingkungan sosial yang inklusif agar individu rentan tidak merasa terpinggirkan dan tidak mudah terpapar radikalisasi.OlehLiputan6.comDiperbarui 09 Jun 2025, 08:05 WIBDiterbitkan 08 Jun 2025, 20:59 WIBCopy LinkBatalkanPerbesarIlustrasi terorisme (Istimewa)... SelengkapnyaLiputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Mirra Noor Milla menyatakan bahwa Indonesia telah berhasil menekan aksi terorisme dengan mencatatkan nol serangan dalam dua tahun terakhir. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa ancaman terorisme belum sepenuhnya hilang dan bisa muncul dalam bentuk yang lebih tersembunyi."Ancaman terorisme masih ada, dan kita perlu memperkuat sistem deteksi dini untuk memitigasi potensi serangan sebelum terjadi," kata Mirra dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (5/6/2025)Salah satu indikasi ancaman nyata di Indonesia adalah penangkapan remaja berinisial MAS oleh Densus 88 di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 24 Mei 2025. MAS diduga sebagai anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan ISIS, serta aktif menyebarkan propaganda ISIS di wilayah lain seperti Purworejo.Advertisement“Apa yang perlu kita lakukan adalah kita harus terus mengamati, terus mengobservasi, mengidentifikasi untuk mengenali potensi resiko itu, termasuk lingkungan yang mendukung terjadinya serangan terorisme,” ujarnya.Mirra juga mengungkapkan bahwa hasil survei laboratorium psikologi politik tahun 2021 menunjukkan potensi konflik tertinggi berada di wilayah yang pernah mengalami konflik sebelumnya. Ia mendorong pemerintah agar melakukan mitigasi agar potensi tersebut tidak berkembang menjadi kekerasan ekstrem.“Perlu mengobservasi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin terjadi di wilayah-wilayah bekas konflik itu,” kata Mirra.Lebih lanjut, ia menilai bahwa kelompok teroris yang tampak tenang mungkin sedang menjalankan strategi wait and see. Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya membangun lingkungan sosial yang inklusif agar individu rentan tidak merasa terpinggirkan dan tidak mudah terpapar radikalisasi."Sekarang adalah waktu yang tepat untuk fokus pada strategi pencegahan dan membangun daya tahan komunitas," tuturnya.AdvertisementLiputan6.com, Harun MahbubTim RedaksiCopy LinkBatalkanLiputan Haji 2025Masjidil Haram Padat, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Tetap di Hotel pada 12-13 Zulhijah2 hours agoJemaah Haji Nafar Awal Mulai Kembali ke Makkah, Mobil Golf Disiagakan7 hours agoJemaah Haji Nafar Awal Diminta Tak Buru-Buru Tawaf Ifadah11 hours agoLayani 6.000 Jemaah Haji, Tukang Cukur di Mina Kantongi Rp1,5 Miliar Sehari12 hours agoBertemu Tya Ariestya Usai Haji, Irish Bella Curhat Sedang Promil Alami13 hours ago25 Fakta Menarik Perjalanan Haji Muslim Spanyol dengan Berkuda: Diawali Nazar hingga Napak Tilas Rute Kuno13 hours agoPPIH: 477 Jemaah Haji Lansia Jalani Safari Wukuf15 hours agoPPIH: Layanan di Mina Disiapkan hingga 13 Dzulhijjah bagi Jemaah Haji Nafar Tsani18 hours agoMenag Nasaruddin: Pelaksanaan Haji 2025 Lebih Baik dari Tahun Sebelumnya19 hours agoArab Saudi Sukses Kirim Obat via Drone kepada Jemaah Haji 2025 yang Membutuhkan19 hours ago6 Inspirasi Outfit Hijab Stylish untuk Halal Bihalal usai Idul Adha 2025, Siap-Siap Curi Perhatian19 hours agoJemaah Haji Lansia Diimbau Tak Paksakan Diri Lempar Jumrah21 hours agoLihat SelengkapnyaEnamPluspowered by