Ilmuwan Jerman Berhasil Jalankan Reaktor Fusi Selama 43 Detik

Wait 5 sec.

Wendelstein 7-X menawarkan potensi lebih besar untuk operasi jangka panjang (foto: x @rocketengine)JAKARTA - Dunia semakin dekat dengan mimpi besar menciptakan energi bersih yang nyaris tak terbatas. Para ilmuwan di Jerman baru saja mencatatkan sejarah baru dalam dunia teknologi fusi nuklir dengan keberhasilan reaktor Wendelstein 7-X mempertahankan reaksi plasma bersuhu tinggi selama 43 detik, menjadikannya sebagai eksperimen fusi berkelanjutan terlama dan paling stabil untuk kategori stellarator sejauh ini.Eksperimen ini dilakukan di Institut Fisika Plasma Max Planck (IPP) di kota Greifswald, yang telah menjadi pusat pengembangan reaktor fusi jenis stellarator — desain rumit berbentuk seperti pretzel dengan diameter 15 meter dan tinggi sekitar 5 meter. Tidak seperti reaktor tokamak yang lebih umum digunakan, stellarator menggunakan rangkaian medan magnet kompleks untuk menjaga stabilitas plasma tanpa memerlukan arus listrik internal, membuatnya lebih cocok untuk operasi jangka panjang.Dalam eksperimen yang berlangsung pada 22 Mei 2025 — hari terakhir dari kampanye riset terbaru mereka — tim peneliti berhasil menaikkan suhu plasma hingga lebih dari 20 juta derajat Celsius, bahkan mencapai puncak 30 juta derajat Celsius. Suhu dan stabilitas tersebut dipertahankan selama 43 detik, mencetak rekor dunia dalam parameter krusial fusi nuklir yang disebut triple product.Triple product sendiri adalah tolok ukur utama dalam fisika fusi nuklir, yang menggabungkan tiga elemen penting: kepadatan partikel plasma, suhu ion, dan waktu pengurungan energi. Nilai triple product yang tinggi menunjukkan bahwa sistem fusi semakin dekat untuk mencapai break-even point — titik di mana energi yang dihasilkan lebih besar dari energi yang diperlukan untuk mempertahankan reaksi.Menurut para peneliti, keberhasilan mempertahankan plasma dalam waktu lebih dari 30 detik menandakan bahwa seluruh sistem berada dalam kondisi stabil. Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengamati dinamika fisika plasma yang sesungguhnya, memberikan data berharga untuk pengembangan reaktor fusi masa depan.“Jika kita bisa mempertahankan kondisi ini selama 30 detik, maka secara teori kita bisa melakukannya selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan bertahun-tahun,” ujar Novimir Pablant, kepala divisi eksperimen stellarator dari Princeton Plasma Physics Laboratory (PPPL), Amerika Serikat, dikutip VOI dari DailyMail..Keberhasilan ini juga ditopang oleh inovasi teknologi baru, yaitu sistem injektor pelet hidrogen beku yang dikembangkan di Oak Ridge National Laboratory, Tennessee, AS. Sistem ini menyuntikkan sekitar 90 pelet hidrogen berukuran satu milimeter ke dalam plasma secara terus-menerus selama 43 detik, menjaga suplai bahan bakar agar tetap stabil. Sementara itu, gelombang mikro berkekuatan tinggi digunakan untuk memanaskan plasma hingga mencapai suhu ekstrem.Rekor ini melampaui capaian sebelumnya yang dipegang oleh dua reaktor tokamak terkenal: JET di Inggris dan JT-60U di Jepang, keduanya kini sudah dinonaktifkan. Meskipun tokamak lebih mudah dibangun dan lebih banyak dipelajari, stellarator seperti Wendelstein 7-X menawarkan potensi lebih besar untuk operasi jangka panjang karena stabilitas alaminya.Dengan biaya pengembangan mencapai 1,6 miliar euro (sekitar Rp28 triliun), proyek Wendelstein 7-X telah beroperasi sejak akhir 2015 dan kini dianggap sebagai harapan baru dunia dalam mewujudkan pembangkit listrik fusi nuklir. Jika teknologi ini bisa dikembangkan hingga tahap komersialisasi, fusi nuklir akan menjadi sumber energi bersih paling ideal — tanpa emisi karbon, tanpa limbah radioaktif jangka panjang, dan dengan bahan baku yang melimpah di Bumi, yaitu hidrogen.Para ilmuwan meyakini bahwa keberhasilan ini menjadi fondasi penting menuju masa depan energi yang aman, stabil, dan ramah lingkungan. Dengan terobosan ini, dunia semakin mendekati realisasi energi fusi yang selama ini dianggap sebagai "cawan suci" dalam bidang energi modern.