Akun TikTok @theaibibleofficial telah mengumpulkan lebih dari 26,7 juta likes berkat video AI Alkitab (foto: tangkapan layar)Jakarta – Sebuah tren baru di media sosial tengah menuai sorotan luas. Menggabungkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan cerita-cerita Alkitab, sejumlah kreator konten menghadirkan tokoh-tokoh seperti Yesus, Daud, Samson, hingga Adam dan Hawa sebagai layaknya influencer era digital. Lewat video pendek bergaya vlog, mereka membawakan kisah kitab suci dengan sentuhan bahasa kekinian ala Gen Z — lengkap dengan bahasa slang, caption Snapchat, hingga gaya TikTok yang menghibur.Salah satu video yang viral memperlihatkan sosok Yesus yang tersenyum di atas salib sembari berkata, "Yo fam, mereka gak tahu kalau G-O-D bakal BRB." Sementara dalam video lain, karakter Daud tampak mengangkat batu dan berkata, "Your boy David here. Mau yeet batu ini ke Goliat, kita liat aja gimana hasilnya." Video-video semacam ini telah menarik perhatian jutaan pengguna media sosial. Akun TikTok bernama @theaibibleofficial bahkan telah mengumpulkan lebih dari 26,7 juta likes berkat unggahan semacam itu.Tak sedikit yang menganggap pendekatan ini segar dan edukatif. Banyak warganet menyatakan bahwa mereka justru jadi lebih memahami cerita Alkitab berkat gaya penyampaian yang ringan dan relevan dengan zaman sekarang. Salah satu komentar di TikTok menyebut, "Kalau pelajaran agama dulu sekreatif ini, gue pasti lebih fokus." Komentar lain menambahkan, "Anehnya, video ini bikin gue jadi lebih paham isi Alkitab."Namun tidak semua menyambut positif tren tersebut. Di platform X (dulu Twitter), sejumlah pengguna mengecam video-video itu sebagai bentuk pelecehan terhadap simbol-simbol keagamaan. Beberapa menyebutnya sebagai “penghinaan terhadap nabi dan tokoh suci,” bahkan ada yang menyebut video tersebut “karya setan.” Kreator video seperti PJ Ace mengaku menerima pesan bernada ancaman dan ujaran kebencian sejak tren ini meledak. Salah satu pesan yang diterimanya secara langsung bahkan berbunyi kasar dan penuh kemarahan.Meski kontroversial, kualitas teknis dari video-video ini cukup mengesankan. Sejumlah penonton mengaku “lupa kalau ini AI” karena gerakan wajah, suara, dan mimik karakternya yang sangat realistis. Penggunaan bahasa yang ringan dan akrab dengan budaya internet masa kini membuat konten-konten ini menjadi viral dalam waktu singkat.Tren ini menimbulkan pertanyaan mendalam soal batasan antara kreativitas digital dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual. Di satu sisi, pendekatan ini dianggap berhasil memperkenalkan kisah-kisah keagamaan kepada generasi muda dengan cara yang relevan. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa penggunaan tokoh-tokoh suci dalam format hiburan semacam ini dapat mengaburkan nilai-nilai sakral dari ajaran agama.Hingga kini, perdebatan di ruang digital masih terus berlangsung. Satu hal yang pasti: kemajuan teknologi seperti AI telah membuka cara-cara baru dalam menyampaikan pesan dan cerita lama, termasuk yang berasal dari teks-teks suci. Pertanyaannya kini adalah — apakah semua cara layak ditempuh demi menjangkau generasi baru, atau ada batas yang tetap harus dihormati?