Ilustrasi gejala kanker empedu (Freepik)JAKARTA - Kanker empedu adalah salah satu jenis kanker yang tergolong langka namun agresif. Penyakit ini menyerang organ kantong empedu bagian kecil yang berada di bawah hati dan berfungsi menyimpan cairan empedu yang membantu proses pencernaan.Lantaran letaknya tersembunyi dan gejalanya sering tidak spesifik, kanker empedu sering kali baru terdeteksi saat sudah mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda awal serta memahami cara penanganannya.Dalam sebuah diskusi media di Jakarta, Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, menyampaikan bahwa deteksi dini sangat krusial, karena kanker empedu sering kali berkembang tanpa disadari."Memiliki faktor risiko tidak selalu berarti pasti terkena kanker, tapi kewaspadaan dan pemeriksaan berkala sangat penting dilakukan," ujar Prof. Ikhwan, seperti dikutip ANTARA.Ia menjelaskan, gejala awal kanker empedu dapat meliputi nyeri di perut kanan atas, kulit dan mata menguning (ikterus), urin berwarna gelap, tinja pucat, mual, penurunan berat badan tanpa sebab, serta rasa gatal pada kulit.Pada tahap awal, nyeri bisa tidak terasa, namun akan muncul seiring dengan membesarnya tumor yang menekan saraf di sekitar organ.Jika tumor semakin besar hingga menyumbat saluran empedu, bilirubin akan menumpuk dalam darah, menyebabkan perubahan warna kulit dan mata menjadi kuning serta menimbulkan rasa gatal. Sumbatan ini juga bisa menyebabkan infeksi, demam, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan drastis karena terganggunya penyerapan lemak.“Banyak pasien datang dengan keluhan nyeri di perut kanan atas. Rasa nyeri ini timbul karena tekanan dari tumor pada area sekitarnya,” jelas Prof. Ikhwan, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Ia menekankan bahwa stadium awal kanker empedu sering tidak menunjukkan gejala yang khas, sehingga banyak pasien baru menyadari setelah penyakit berkembang lebih lanjut.Mengenai penanganan kanker empedu, Prof. Ikhwan menuturkan bahwa prosesnya sangat kompleks dan memerlukan pendekatan tim multidisiplin (MDT). Tim ini terdiri dari berbagai tenaga medis seperti spesialis hati, onkolog, ahli bedah, radiolog, patolog, hingga nurse navigator, agar terapi dapat berjalan secara menyeluruh dan terkoordinasi.“Setiap langkah penanganan—mulai dari diagnosis, tindakan bedah, pemberian obat, hingga pemantauan pascaterapi—melibatkan kerja sama tim medis dari berbagai disiplin,” ungkapnya.Untuk mendeteksi kanker empedu, pemeriksaan seperti USG, CT scan, MRI, serta tes fungsi hati sangat membantu dalam menilai kondisi sebelum kanker berkembang lebih parah.Ia juga menambahkan bahwa saat ini dunia medis telah memasuki era inovatif dalam penanganan kanker. Kombinasi imunoterapi dan kemoterapi telah mulai digunakan di Indonesia dan menunjukkan hasil yang menjanjikan bagi pasien kanker empedu stadium lanjut.“Penggabungan imunoterapi dengan kemoterapi bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh sekaligus menyerang sel kanker secara langsung. Ini menjadi harapan baru dalam memperpanjang usia harapan hidup pasien,” pungkas Prof. Ikhwan.