Ilustrasi pergerakan saham. Foto: AntarafotoAsosiasi Emiten Indonesia (AEI) mendorong percepatan jumlah perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Eksekutif AEI, Gilman Pradana Nugraha, menyebut AEI kini fokus mendorong emiten yang sudah terdaftar untuk mengarahkan anak usahanya agar ikut menjajaki penawaran umum perdana saham (IPO)."Kita sebenarnya kalau di kami sendiri di asosiasi, kita triggering dari existing emiten yang sudah ada. Jadi misalnya kalau mereka adalah holding, kita trigger juga untuk anak-anak usahanya juga untuk mulai menjajaki IPO. Karena kan sudah ada cantolannya lah, yang sebelum-sebelumnya sudah ada tbk-nya," kata Gilman ketika ditemui wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (10/7).Menurutnya, potensi terbesar saat ini berasal dari emiten yang sudah terdaftar, khususnya perusahaan induk yang memiliki anak usaha potensial. Dengan pengalaman dan standar tata kelola perusahaan yang sudah dijalani, proses IPO anak usaha dinilai bisa berjalan lebih lancar.AEI juga tengah menjalin kerja sama dengan asosiasi lainnya untuk menjaring calon-calon emiten baru dari luar lingkup anggota eksisting."Tentunya kita juga melihat juga potensi perusahaan-perusahaan yang ada di luar. Makanya sekarang kita juga ada kerja sama dengan beberapa asosiasi lainnya, gimana juga bisa triggering calon-calon emiten baru," ucap Gilman.Soal target 66 perusahaan IPO pada 2025 sebagaimana dicanangkan BEI, Gilman menyatakan optimisme target itu bisa dicapai.Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan"Iya, harusnya bisa tercapai. Karena kita punya eksisting aja sekarang udah lebih dari 960 (emiten) kan. Mereka sendiri kan juga banyak yang holding, mereka juga punya subsidiary yang bisa di-IPO-kan juga. Itu sebenarnya potensi yang paling dekat, dibandingkan misalnya yang bener-bener fresh baru masuk ke bursa," katanya.Mengenai prospek IPO tahun ini, Gilman menilai iklim makroekonomi nasional masih menjadi faktor kunci yang menentukan.Bila kondisi makro membaik, dilanjut Gilman, maka kebutuhan pendanaan ekspansi akan meningkat, dan pasar modal menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang menarik."Jadi alternatif-alternatif financing ini akan menjadi satu pilihan yang menarik saat memang kita juga punya progres makronya juga baik ya. Kalau progres makro baik, kita punya potensi industri yang berkembang, ada kebutuhan buat ekspansi, ada kebutuhan buat capex," imbuh dia.