Garis polisi di depan pintu indekos yang jadi tempat diplomat, Arya Daru Pangayunan, ditemukan meninggal dunia, Rabu (9/7/2025). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparanPenyebab tewasnya Diplomat Arya Daru Pangayunan masih menjadi misteri. Arya ditemukan tewas oleh penjaga kosnya pada Selasa (8/7) pagi dengan kondisi tidak wajar.Jenazah Arya ditemukan di dalam kamar kosnya, Gondia Guesthouse, Jalan Gondangdia Kecil, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Di dalam kamar nomor 105 itu jenazah tergeletak di atas kasur dengan kondisi kepala terlilit lakban kuning dan tubuh tertutup selimut.Dari foto yang diterima dan keterangan personel Polsek Menteng, diketahui lilitan lakban membungkus kepala Arya, mengitari kepalanya dan menutup wajahnya.Lakban itu rapat, nyaris tak ada celah terbuka dari lilitan lakban itu. Ketatnya lakban itu juga dapat dilihat dari lilitan yang membentuk kepala Arya.Lalu, sisa lakban itu masih ada di samping kepala korban saat ditemukan.Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan. Foto: Instagram/ @indonesiainbaSaat ditemukan, tangan kanan Arya berada di kasur. Sementara tangan lainnya terletak di perut. Ia terbaring mengenakan kaus biru tua dan celana hitam.Lakban ini jadi barang bukti yang diteliti polisi, dari Tempat Kejadian Perkara (TKP). Mereka tengah memeriksa sidik jari yang ada di lakban itu."Kami menunggu hasil juga dari Laboratorium Forensik (Labfor), Untuk pemeriksaan yang sisa lakbannya dan sidik jarinya, segala macam yang tertempel gitu," kata Kapolsek Menteng Kompol Rezha Rahandhani, Rabu (9/7).Hal Lainnya yang DiselidikiTim Inafis gabungan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri Mengecek TKP Mayat Diplomat di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/7). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparanTidak hanya soal lakban, polisi juga menyelidiki sejumlah temuan di lokasi kejadian maupun yang terdapat di jenazah. Jenazah Arya telah diautopsi, namun hasilnya belum disampaikan ke kepolisian.Polisi masih menanti hasil pemeriksaan histopatologi dan toksikologi dari pihak rumah sakit."Yang lama ditunggu itu pemeriksaan histopathologi dan toksikologinya. Nah itu itu mas, jadi belum bisa ada keterangan hasil autopsinya sih," kata Kapolsek Metro Menteng Kompol Rezha Rahandhani, Rabu (9/7).Histopathologi adalah ilmu untuk mempelajari struktur perubahan jaringan di dalam tubuh yang disebabkan penyakit. Sementara toksikologi adalah ilmu yang mempelajari kandungan racun dalam tubuh.Sementara bila berdasarkan hasil visum et repertum, polisi mengatakan tak ada bekas luka memar atau luka sayatan di tubuh Arya."Visum luar tidak ada bekas luka. Normal," kata Rezha, Rabu (9/7).Rezha menuturkan, saat petugas polisi tiba di lokasi. Arya terbaring di tempat tidur yang double bed. Posisinya layaknya orang tidur. Yang janggal hanya kepala dan wajahnya dilakban penuh.Kondisi Kamar Diplomat Arya DaruPenampakan Kamar Diplomat yang ditemukan tewas di Kosannya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparanKompol Rezha, mengatakan saat pertama kali ditemukan kondisi kamar kos Arya Daru rapi, tak ada barang yang berantakan, bahkan suasana kamar sejuk."Tidak ada barang yang hilang, (kamar) tak berantakan, rapi, tersusun, normal-normal aja. Kamarnya juga sejuk hidup AC," kata Rezha kepada kumparan.Rezha menuturkan, tidak ada kejanggalan yang ditemukan di kamar itu. Menurut Rezha, suasana kamar saat itu sangat normal."Biasanya kalau ada orang masuk (pembunuh atau perampok) selain dia, pasti berbeda, kamarnya teracak-acak," jelasnya.Berdasarkan keterangan pemilik indekos, polisi mengatakan kunci kamar Diplomat Arya hanya satu. Pintu juga dilengkapi smart key card dan doorlock.Saat pertama kali ditemukan doorlock itu terkunci normal. Kartu atau smart key card juga terletak normal di tempatnya."Pintu ada doorlock-nya, kayak engsel gitu. Itu terkunci rapi. Smart key itu nempel di tempat pintu. Kayak di hotel-hotel. Jadi memang terkunci dari dalam," kata Rezha kepada kumparan, Rabu (9/7).Polisi kembali menegaskan kamar itu terkunci dari dalam. Saat satpam pertama kali mendobrak pintu kamar itu, kondisi kamar normal dan rapi.Punya Gerd dan KolestrolDiplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan. Foto: X/@IndonesiaPenang Foto: Dok. IstimewaSejauh ini polisi telah memeriksa 5 orang saksi terkait kasus ini. Salah satunya adalah istri korban."Yang pertama penjaga yang pertama kali memberi tahu kepada kita bahwa korban tidak bisa dihubungi. Kemudian karena penjaga ini takut, akhirnya penjaga ini membawa tetangganya untuk berbagai saksi. Kemudian istri korban sudah, kemudian rekan korban sudah," kata Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Sigit Karyono, usai melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di indekos korban, Rabu (9/7) sore.Dari keterangan sang istri diketahui, korban mempunyai penyakit gerd atau lambung serta kolesterol."Sementara hasil pemeriksaan istri sih memang dia punya sakitlah ya, punya gerd, sakit kolesterol, aja sebenarnya," kata Sigit.Dimakamkan di SlemanSejumlah keluarga serta kerabat diplomat Arya Daru Pangayunan (39) mengangkat keranda berisikan jenazah saat pemakaman di Pemakaman Sunthen, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Rabu (9/7/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparanUsai menjalani autopsi di RSCM, jenazah Diplomat Arya Daru diserahkan ke keluarga untuk dibawa ke rumah duka di Bantul, DIY. Ratusan pelayat telah memadati rumah duka yang berada di Jalan Munggur, Jomblang, Janti, Kapanewon Banguntapan itu sejak Rabu (9/7) pagi.Begitu jenazah diplomat Kementerian Luar Negeri itu tiba, tangis keluarga pun pecah. Lalu, jenazah Arya pun disemayamkan di ruang tengah untuk disalatkan.Sebelum jenazah diberangkatkan, putra bungsu Arya Daru, Alarik Almajid Pangayunan, memainkan piano terakhirnya sang anak. Piano itu tepat berada di samping jenazah Arya Daru."Putra ragil almarhum sedang memainkan piano untuk ayahnya sebelum diberangkatkan," kata pembawa acara.Usai lantunan piano Alarik selesai, jenazah Arya Daru dibawa ke pemakaman Sunthen, yang jaraknya 3 kilometer dari rumah duka. Alarik pun turut mengantar ayahnya ke peristirahatan terakhir.Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, saat di rumah duka almarhum Arya Daru Pangayunan (39) di Banguntapan, Kabupaten Bantul, Rabu (9/7/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparanDirektur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Judha Nugraha, juga hadir di rumah duka. Ia sempat menyampaikan kenangannya selama bertugas bersama Arya.Arya Daru bergabung dengan Kemlu sejak 2014, ia bertugas di sejumlah negara seperti Timor Leste hingga Argentina. Lalu 2022 dia ditugaskan di Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia."Dengan sifat beliau yang pekerja keras, berdedikasi, dan suka menolong, beliau telah membantu begitu banyak warga negara Indonesia yang mengalami masalah di luar negeri," kata Judha, Rabu (9/7).Arya Daru juga sering menolong anak-anak Indonesia yang terlantar di luar negeri. Saat gempa besar menerjang Turki Diplomat Arya Daru langsung turun ke lapangan untuk mengevakuasi WNI."Kami sendiri yang melihat bagaimana Mas Daru membopong anak-anak telantar kita ini kembali ke Indonesia. Mas Daru turun mengevakuasi WNI pada saat gempa Turki. Terakhir, Mas Daru juga membantu mengevakuasi WNI dari Iran," jelasnya.Bagi Judha, Arya Daru bukan sekadar teman kerja tetapi sahabat."Beliau sangat humble, ceria, suka menolong, dan begitu dekat dengan kami semua, baik senior maupun junior," jelasnya."Seyogyanya, kami sedang mempersiapkan perpisahan buat Mas Daru yang akan berangkat bertugas ke KBRI Helsinki akhir bulan ini. Namun, Allah ternyata memiliki rencana yang lain. Perpisahan ini menjadi perpisahan selamanya," katanya.Sempat Jadi Saksi TPPO di JepangDirektur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, membenarkan diplomat Arya Daru Pangayunan (39) pernah menjadi saksi kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)."Iya pernah dulu. Tapi itu jangan dikait-kaitkan kita lihat hasil penyelidikan polisi, kita jangan berspekulasi. Jadi kami tidak ingin berspekulasi, kita tunggu hasil penyelidikan polisi," kata Judha ditemui usai pemakaman Arya Daru di Bantul, Rabu (9/7).Kasus TPPO itu terjadi di Jepang. Judha tak mendetailkan kasus itu dan kapan terjadinya. Namun Judha bilang kasus itu sudah selesai."Almarhum pernah menjadi saksi untuk kasus TPPO yang ada di Jepang. Sudah lama kasusnya, kasusnya sudah selesai setahu saya," katanya.